Entah
sejak kapan mereka saling membutuhkan, selalu tak kan lengkap yang satu tanpa
yang lainnya. Tidak ada yang tahu seberapa besar pensil membutuhkan keberadaan
kertas disisinya hanya saja tanpa kertas pensil merasa bukan apa apa. Karena
itulah, kemanapun kertas ingin pergi, pensil senantiasa menemaninya. melihat
kegigihan pensil dalam menjaganya , kertas yakin bahwa pensil tak ingin berbagi
kertas pada siapapun.
Begitu
pula dengan kertas, dirinya yang kosong sudah terbiasa terisi dengan coretan
coretan pensil, ia akan merasa sangat hampa apabila pensil enggan memberi
coretan. Entah itu sebuah titik, garis, angka, huruf, atau bahkan kalimat
panjang yang menyakitkan. Setiap hari kertas selalu memberikan ruang kosong
baru untuk sang pensil isi . Perasaan saling memahami dan memiliki inilah yang
membuat pensil dan kertas tidak terpisahkan.
Sampai
suatu hari ..
Kertas
menyadari bahwa pensil menderita kelapukan. Ia harus berkali kali patah dan diraut,
tidak ada yang salah dengan itu.. Hanya saja setiap kali pensil patah ia akan selalu
menyalahkan kertas.
"Kau
bukan kertas yg bagus ! Kau dapat membuat kayu dan arangku cepat habis !" tulis
pensil pada sisi kanan kertas
Kertas
hanya diam, ia mencoba selalu kuat ketika pensil menyalahkannya, kertas tidak
ingin membuat pensil semakin lapuk tergerogoti oleh emosinya sendiri. Padahal
bukan tidak menyakitkan menerima ujung pensil yang runcing mengoreti tubuhnya,
berkali kali sebanyak pensil mengalami kepatahan.
Namun
hari itu kertas melakukan tindakan yang salah,semula ia hanya ingin menunjukkan
pada pensil betapa selama ini ia tersakiti oleh ketajaman.dan kemarahan pensil
padanya. Ketika pensil membutuhkannya, kertas dengan sengaja tak meninggalkan
secuil ruang kosongpun untuk pensil isi. Pensil begitu marah, ia dengan kasar
menusuk kertas dengan bagian tajam dari dirinya hingga tersobeklah kertas.
Dihadapan
pensil, kertas menangisi bagian dirinya yang tersobek, namun pensil justru
tidak perduli, ia menyalahkan kertas, menurutnya sikap kertaslah yang membuat
itu terjadi.
sebagian
lembar dari kertas sudah hilang, sementara sebagian lain yang tak tersobek tampak
kusam dan kotor. Namun kertas masih saja setia menemani pensil , ia menyadari bahwa
hari harinya hanya akan terasa berarti jika ia bersama pensil. kertas tidak
ingin diisi oleh hal lain, bahkan kertaspun tak ingin membersihkan dirinya yg
tampak kotor dengan coretan. baginya seluruh coretan yg ia miliki adalah kenangan
yang diciptakan pensil. Kadang, saat pensil dan kertas tak sempat bertemu,
kertas selalu mengandalkan coretan coretan yang pernah di tinggalkan oleh
pensil sebagai pengobat rindunya.
Namun
semakin hari sikap pensil semakin berubah, entah karena kertas yang terlalu
terus terang menunjukkan rasa takut kehilangan pada pensil atau memang
dikarenakan kebosanan pensil terhadap kertas, kini pensil
tidak takut takut untuk melukai kertas, ia
dengan sengaja meraut ujung dirinya dengan runcing lalu menulis kata kata kasar
diatas kertas sampai pensil kembali patah.
"Lagi
lagi kau membuat aku patah !" Tulis pensil " aku tidak ingin
bersamamu lagi, dasar kertas murahan " pensil meninggalkan kertas
sendirian.
Kertas
menangis,air mata yang begitu deras membuat seluruh bagian tubuhnya meleleh, bersama
pensil selama ini membuat kertas melupakan jati dirinya, ia hanyalah selembar kertas
tipis dan air dapat membuatnya hancur. Demi menjaga kebersamaan bersama pensil ,
kertas selalu berpura pura kuat. Dan ketika kertas mulai pasrah pada
kehancurannya , penghapus muncul. Sosok yang selama ini tidak dibutuhkan kertas.
penghapus
yang merasa simpati pada kertas membawa kertas menghadap matahari, ia
membiarkan kertas terpanggang pada teriknya matahari namun tak sedikitpun
penghapus meninggalkan kertas sendirian, ia tak beranjak pergi mencari tempat
berteduh bahkan ketika panas matahari semakin menjilati. Perlahan lahan tubuh kertas
yang lusuh dan tampak rapuh mulai mengering dan kembali utuh.
Selang
beberapa waktu , akhirnya kertas mendapati dirinya kembali. Tapi kini kertas telah
berbeda , meskipun sudah mengering ia tidak lagi seindah sebelumnya, bagian
tubuhnya yang semula tampak rapi kini terlihat begitu kusut, coretan coretan pensil
kini tak lagi terlihat menyimpan kenangan , coretan itu justru meleleh bersama
air mata dan menjadi noda yang menambah kekusaman pada diri kertas.
Ketika
kertas kembali ingin menangis melihat keadaanya, penghapus mendekatinya.
Dengan
lembut penghapus mengusap noda yang ada pada kertas, membuat kertas yg kusam
dan kotor tampak sedikit lebih baik .
Kertas
menyadari bahwa tidak selamanya bertahan pada sesuatu yg ia butuhkan adalah
yang terbaik, Mungkin ada takdir lain yang di ukir tuhan untuknya, Akhirnya di
Ujung penyesalan kertas menyadari bahwa terkadang ia harus tersakiti lebih dulu
sebelum akhirnya menyadari bahwa menjalani ikatan hubungan tak selalu semudah
mengucap kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar