Pagi
ini , ketika aku membuka mata , aku tersadar telah melewati seperempat hari dengan tidur , atau
mungkin akan melalui sepanjang hari dengan percuma jika derasnya hujan dan deru
petir tak membangunkanku , membuatku terjaga dan menghempaskanku dari mimpi –
mimpi bahagia tentang kamu .
Yah
.., biasanya ada celoteh – celotehmu dipagi hari , sebuah kebiasaan kecil yang selalu kau lakukan untuk mengguncang
tidurku . Ada saja basa basi berbeda yang selalu kita bahas setiap kali suaramu
terdengar di handphone ku , mulai dari kau yang tak bisa tidur karena
insomniamu , aku yang terjaga semalaman karena mimpi buruk , sampai sarapan
pagi yang tak sempat kita acuhkan sebab kita terlalu sibuk melepas rindu .Semua
hal itu telah menjadi bagian dari perjalan kita yang akan terasa kosong jika
kita lewatkan , ada saja rasa kekurangan
meskipun itu hanya jika kau terlupa menanyakan sedang apa padaku , kau
dan dirimu perlahan menyatu dalam aku .
Memang
aneh rasanya jika mengingat bagaimana
pertama kali kita bertemu . Saat itu di
bawah rinai hujan di penghujung september satu tahun yang lalu , sedingin tetesan air yang jatuh kala itu , kau
menawarkanku peneduhan di bawah payung hitammu , mencoba menepis hujan yang
membekukan nuansa di antara kita . Entah , masikah kau ingat saat jari – jemari
kita menyatu ? berayun seirama detak jantung yang menggebu , bahkan derasnya guyuran
hujan tak mampu menyapu rona merah dipipiku , Detik itu muncul desiran aneh
didada yang tak kunjung ku mengerti saat seketika kau membuatku tersipu malu
padamu , pada sikapmu . Perawakanmu yang dingin dan tak banyak bicara namun tak bertele – tele dalam
mengutarakan maksud dan tujuan menjadikanmu sebagai prioritas utamaku , bukan
lagi sebuah pilihan di tengah kesendirian. Lalu bersamaan dengan rintik air
yang jatuh tak terhitung , aku mengagumi semua hal yang ada pada dirimu ,
sugesti dan rasa yang tak dapat ku temukan pada sosok pria lain , sebuah
kehangatan bahkan di dalam dinginnya musim
hujan . Lalu , mungkinkah jatuh
cinta itu takdir ?
Tiada
satupun dari kita yang mampu memberikan kepastian terhadap gelora yang tiba –
tiba ada , tidak pada awan yang membisu
ataupun langit yang membungkam ragu – ragu, hanya kekosongan yang bersedia
membentangkan mahligai agar kita dapat melangkah seiring dan sejalan dalam satu
tujaun yang sama . bagiku dirimu adalah
sosok yang tepat untukku , persetan pada omongan orang yang mengutuk latar belakang , masa lalu , atau
peragaimu yang mereka nilai terlalu Agresif terhadapku , sedikitpun aku tak
akan berpaling sebab kau pria yang menyakinkanku bahwa mencitaiku bukanlah
sebuah keputusan dalam keputus-asanmu , setidaknya itu sepenggal kalimat yang kau ucapkan saat
hubungan kita dimulai dan masih aku ingat sampai detik ini . kata – kata yang secara diam – diam ku jadikan pilar dihatiku , penopang kekuatan
untuk menyumpal mulut jiwa – jiwa yang mencibir kebersamaan kita .
Namun
kau tak pernah tahu betapa besar aku mencintaimu , betapa segala perhatian ,
kasih sayang dan kedewasaanmu sebagai pria enggan untuk aku bagi pada siapapun
, termasuk pada wanita yang tempo lalu
sempat kau perkenalkan sebagai adik angkatmu . Wanita yang mencuri segala
perhatian dan kasih sayangmu dariku , semula aku mencoba menerima segala egomu
tentang dirinya , tentang kecemburuan yang salah aku tempatkan , karena
menurutmu tak ada yang salah pada caramu memperlakukannya , wanita itu .
Kini
, saat aku selalu mencoba membenarkan dirimu , mengiyakan semua penjelasanmu ,
aku malah harus menerima sakitnya
pengakuanmu , bahwa ternyata ada secercah kenangan yang masih tertinggal
dihatimu tentang wanita itu , yang tak sempat kau hapuskan saat sosoknya hadir
kembali , Dia sang adik angkatmu atau harus kukatakan ; kekasihmu terdahulu .setelah
kejujuran yang teramat menyakitkan untuk ku terima , kau tetap berkata bahwa
semuanya akan baik-baik saja , meyakinkanku bahwa tak akan ada yang berubah
darimu tapi semakin aku berusaha percaya padamu kau justru semakin membuat
hatiku tercabik – cabik .
Karena
semenjak kehadirannya , aku tak bisa menyembunyikan kegelisahan dan rasa
takutku akan kehilanganmu , saat dia ada diantara kita aku merasa kau mulai
acuh tak acuh padaku , terlalu sering mengabaikan ku , bahkan terlampau tak
bisa membagi sedikit saja waktumu untukku . Kemana perginya kau yang dulu ?
Butuh
seabad lamanya agar kau bersua setiap kali aku menuntut jawab atas tingkahmu
yang kian hari membuatku terus meragu , aku tak pernah tahu dimanakah posisiku
? mungkinkah terpojok di sudut ruangan sempit dihatimu , yang sekarang kembali
terisi dengan penggalan – penggalan kisah bersamanya . Aku tertipu pada gerimis
di awal hujan , tak kusangka badai memporak – porandakan relung hatiku .
Hingga
akhirnya waktu – waktu yag berlalu
memperkenalkan aku pada sosokmu yang sebenarnya , dibalik ketenanganmu banyak
kepalsuan yang kau tutup – tutupi , dusta yang lambat laun terlihat begitu
jelas dimataku , tentang cinta yang memudar dan terasa begitu asing saat ini, tatapan
mesra , pelukan hangat , kecupan manja dikening yang beberapa bulan sempat aku
miliki , kini tak terlihat lagi . Semuanya bertambah rumit ketika lebih dari
satu bulan lamanya kau menghilang tanpa kabar , menghindar dan berlalu begitu saja
setiap kali aku menghampiri. Aku tak pernah menghitung berapa banyak menit yang
kita habiskan dalam jarak yang menuai pilu, Sementara aku masih menunggu
kepastianmu di tengah kebimbangan yang tak menentu .
Terlalu
banyak lembaran kalender yang telah disobek
dan tak ada satupun yang terlepas dari penantianku terhadapmu . Namun ,
ketika aku hampir tak mengingatmu lagi , kau justru datang padaku seperti mimpi
. Hadir dihadapanku dengan aroma tubuh yang tak kukenali lagi .
“Maaf ! “ itulah kata pertama yang
mampu kau ucapkan setelah sekian lama
membuatku meneteskan air mata , terluka terlalu parah .
“ Ayunda ..” kau meraih tanganku ,
menggenggamnya erat , percis seperti dahulu. Namun aku hanya bisa menatapmu
sembari mencoba menemukan kehangatan yang dulu kurindukan .
“ Kenapa Baru kembali ? “ aku bergumam , kau mengelus rambutku lembut .
“ Aku akan menikah “ .
Aku menarik nafas panjang , menahan
sesak didada akibat penuturanmu , butir – butir air mata yang seharusnya tumpah
malam itu berganti gemertak gigi diujung lidahku . Hubungan yang selama ini
kupertahankan tak ubahnya seperti melebarkan layar pada seonggok bahtera yang
beranjak karam , Sisa – sia .
Aku
mengulurkan tangan menerima lipatan biru dengan tinta emas bertuliskan namamu
dan wanita masa lalumu itu .Oh, aku terlupa menyadari akulah yang sekarang
menjadi goretan masa lalu tanpa arti . Dan dibawah rinai hujan pagi ini , barula
kupahami kekecawaan yang menggeliat di sanubari , bukan ! bukan pada pertemuan ataupun perpisahan yang
terlanjur terjadi , melainkan pada berjuta masa yang terbuang percuma karenamu .
Kalau
saja aku punya cukup banyak telinga untuk mendengarkan apa yang orang lain
katakan tentangmu waktu itu , pasti aku akan memilih untuk menutup rapat –
rapat hatiku , tak membuka sedikit celahpun yang membuatmu dapat mendobrak
masuk .
Ah sudahlah , Toh ini hanya sesuatu yang ingin kukenang tentang
kau , segelintir cerita yang ingin ku
umbar – umbarkan sebelum akhirnya ku lenyapkan tanpa sisa .