Rabu, 12 November 2014

September Biru

Aku masih berpikir dapat menjadi sebuah kota untukmu , berharap kau tinggal dan menetap disisiku tapi sejauh ini kau hanya  menjadikanku sebuah dermaga , daratan kecil untuk kau singgahi . Dimana dengan sesuka hati kau bisa datang dan pergi , lalu kembali untuk kembali pergi .
Pagi ini , ketika aku membuka mata , aku tersadar telah  melewati seperempat hari dengan tidur , atau mungkin akan melalui sepanjang hari dengan percuma jika derasnya hujan dan deru petir tak membangunkanku , membuatku terjaga dan menghempaskanku dari mimpi – mimpi bahagia tentang kamu .
Yah .., biasanya ada celoteh – celotehmu dipagi hari , sebuah kebiasaan kecil  yang selalu kau lakukan untuk mengguncang tidurku . Ada saja basa basi berbeda yang selalu kita bahas setiap kali suaramu terdengar di handphone ku , mulai dari kau yang tak bisa tidur karena insomniamu , aku yang terjaga semalaman karena mimpi buruk , sampai sarapan pagi yang tak sempat kita acuhkan sebab kita terlalu sibuk melepas rindu .Semua hal itu telah menjadi bagian dari perjalan kita yang akan terasa kosong jika kita lewatkan , ada saja rasa kekurangan  meskipun itu hanya jika kau terlupa menanyakan sedang apa padaku , kau dan dirimu perlahan menyatu dalam aku .
Memang aneh rasanya jika mengingat  bagaimana pertama  kali kita bertemu . Saat itu di bawah rinai hujan di penghujung september satu tahun yang lalu , sedingin  tetesan air yang jatuh kala itu , kau menawarkanku peneduhan di bawah payung hitammu , mencoba menepis hujan yang membekukan nuansa di antara kita . Entah , masikah kau ingat saat jari – jemari kita menyatu ? berayun seirama detak jantung yang menggebu , bahkan derasnya guyuran hujan tak mampu menyapu rona merah dipipiku , Detik itu muncul desiran aneh didada yang tak kunjung ku mengerti saat seketika kau membuatku tersipu malu padamu , pada sikapmu . Perawakanmu yang dingin dan tak banyak  bicara namun tak bertele – tele dalam mengutarakan maksud dan tujuan menjadikanmu sebagai prioritas utamaku , bukan lagi sebuah pilihan di tengah kesendirian. Lalu bersamaan dengan rintik air yang jatuh tak terhitung , aku mengagumi semua hal yang ada pada dirimu , sugesti dan rasa yang tak dapat ku temukan pada sosok pria lain , sebuah kehangatan bahkan di dalam dinginnya musim  hujan . Lalu ,  mungkinkah jatuh cinta itu takdir ?
Tiada satupun dari kita yang mampu memberikan kepastian terhadap gelora yang tiba – tiba ada , tidak pada awan yang  membisu ataupun langit yang membungkam ragu – ragu, hanya kekosongan yang bersedia membentangkan mahligai agar kita dapat melangkah seiring dan sejalan dalam satu tujaun yang sama .  bagiku dirimu adalah sosok yang tepat untukku , persetan pada omongan orang yang  mengutuk latar belakang , masa lalu , atau peragaimu yang mereka nilai terlalu Agresif terhadapku , sedikitpun aku tak akan  berpaling sebab kau pria yang  menyakinkanku bahwa mencitaiku bukanlah sebuah keputusan dalam keputus-asanmu , setidaknya  itu sepenggal kalimat yang kau ucapkan saat hubungan kita dimulai dan masih aku ingat sampai detik ini .  kata – kata yang secara diam – diam ku  jadikan pilar dihatiku , penopang kekuatan untuk menyumpal mulut jiwa – jiwa yang mencibir kebersamaan kita .
Namun kau tak pernah tahu betapa besar aku mencintaimu , betapa segala perhatian , kasih sayang dan kedewasaanmu sebagai pria enggan untuk aku bagi pada siapapun , termasuk pada wanita yang tempo  lalu sempat kau perkenalkan sebagai adik angkatmu . Wanita yang mencuri segala perhatian dan kasih sayangmu dariku , semula aku mencoba menerima segala egomu tentang dirinya , tentang kecemburuan yang salah aku tempatkan , karena menurutmu tak ada yang salah pada caramu memperlakukannya , wanita itu .
Kini , saat aku selalu mencoba membenarkan dirimu , mengiyakan semua penjelasanmu , aku malah harus menerima  sakitnya pengakuanmu , bahwa ternyata ada secercah kenangan yang masih tertinggal dihatimu tentang wanita itu , yang tak sempat kau hapuskan saat sosoknya hadir kembali , Dia sang adik angkatmu atau harus kukatakan ; kekasihmu terdahulu .setelah kejujuran yang teramat menyakitkan untuk ku terima , kau tetap berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja , meyakinkanku bahwa tak akan ada yang berubah darimu tapi semakin aku berusaha percaya padamu kau justru semakin membuat hatiku tercabik – cabik .
Karena semenjak kehadirannya , aku tak bisa menyembunyikan kegelisahan dan rasa takutku akan kehilanganmu , saat dia ada diantara kita aku merasa kau mulai acuh tak acuh padaku , terlalu sering mengabaikan ku , bahkan terlampau tak bisa membagi sedikit saja waktumu untukku . Kemana perginya kau yang dulu ?
Butuh seabad lamanya agar kau bersua setiap kali aku menuntut jawab atas tingkahmu yang kian hari membuatku terus meragu , aku tak pernah tahu dimanakah posisiku ? mungkinkah terpojok di sudut ruangan sempit dihatimu , yang sekarang kembali terisi dengan penggalan – penggalan kisah bersamanya . Aku tertipu pada gerimis di awal hujan , tak kusangka badai memporak – porandakan relung hatiku .
Hingga akhirnya  waktu – waktu yag berlalu memperkenalkan aku pada sosokmu yang sebenarnya , dibalik ketenanganmu banyak kepalsuan yang kau tutup – tutupi , dusta yang lambat laun terlihat begitu jelas dimataku , tentang cinta yang memudar dan terasa begitu asing saat ini, tatapan mesra , pelukan hangat , kecupan manja dikening yang beberapa bulan sempat aku miliki , kini tak terlihat lagi .  Semuanya bertambah rumit ketika lebih dari satu bulan lamanya kau menghilang tanpa kabar , menghindar dan berlalu begitu saja setiap kali aku menghampiri. Aku tak pernah menghitung berapa banyak menit yang kita habiskan dalam jarak yang menuai pilu, Sementara aku masih menunggu kepastianmu di tengah kebimbangan yang tak menentu .
Terlalu banyak lembaran kalender yang telah disobek  dan tak ada satupun yang terlepas dari penantianku terhadapmu . Namun , ketika aku hampir tak mengingatmu lagi , kau justru datang padaku seperti mimpi . Hadir dihadapanku dengan aroma tubuh yang tak kukenali lagi .
          “Maaf ! “ itulah kata pertama yang mampu  kau ucapkan setelah sekian lama membuatku meneteskan air mata , terluka terlalu parah .
          “ Ayunda ..” kau meraih tanganku , menggenggamnya erat , percis seperti dahulu. Namun aku hanya bisa menatapmu sembari mencoba menemukan kehangatan yang dulu kurindukan .
          “ Kenapa Baru kembali ? “ aku  bergumam , kau mengelus rambutku lembut .
          “ Aku akan menikah “ .
          Aku menarik nafas panjang , menahan sesak didada akibat penuturanmu , butir – butir air mata yang seharusnya tumpah malam itu berganti gemertak gigi diujung lidahku . Hubungan yang selama ini kupertahankan tak ubahnya seperti melebarkan layar pada seonggok bahtera yang beranjak karam , Sisa – sia .
Aku mengulurkan tangan menerima lipatan biru dengan tinta emas bertuliskan namamu dan wanita masa lalumu itu .Oh, aku terlupa menyadari akulah yang sekarang menjadi goretan masa lalu tanpa arti . Dan dibawah rinai hujan pagi ini , barula kupahami kekecawaan yang menggeliat di sanubari , bukan !  bukan pada pertemuan ataupun perpisahan yang terlanjur terjadi , melainkan pada berjuta masa yang terbuang percuma karenamu .
Kalau saja aku punya cukup banyak telinga untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan tentangmu waktu itu , pasti aku akan memilih untuk menutup rapat – rapat hatiku , tak membuka sedikit celahpun yang membuatmu dapat mendobrak masuk .
          Ah sudahlah , Toh   ini hanya sesuatu yang ingin kukenang tentang kau ,  segelintir cerita yang ingin ku umbar – umbarkan sebelum akhirnya ku lenyapkan tanpa sisa .