Jejeran karangan bunga tertata rapi sepanjang jalan , ukiran selamat berbahagia
memenuhi seisi gedung yang didominasi warna putih dan merah muda yang menawan .
Hasil dekorasi yang memukai menunjukkan betapa acara yang sedang berlangsung
adalah sesuatu yang sangat istimewa. Musik romantis mengalun lembut membuai
seluruh telinga tetamu yang hadir pada resepsi pernikahan itu . Karpet merah
yang membentang sepanjang pintu masuk menuju Altar dengan mewah diletakkan
untuk menyambut pasangan bahagia yang beberapa menit lagi akan memulai hidup baru mereka. Dan diruang rias pengantin,
Tora membawakan seikat bunga mawar putih untuk sang pengantin wanita Namun
pintu terbuka dan penganti wanita menghilang, Tidak ada ekspresi heran yang
ditunjukkan oleh si pembawa bunga , Tora dengan tenang meletakkan mawar putih
itu di meja Rias dan melirik sesaat pada peralatan make up yang berserakan di
depan cermin .
“ Dasar
Bodoh ! “ Tora bergumam, “ Cepatlah kembali Silla “
***
Seperti keajaiban , sebuah bis umum
tiba – tiba ditumpangi seorang gadis cantik bergaun pengantin, Wajahnya
memperlihatkan kebahagiaan yang tampak seolah olah ingin ia tunjukkan pada
seluruh dunia, Pipi yang merona merah oleh polesan Blush on semakin memperindah
tarikan senyum dari bibir mungilnya. Berulang kali Ia melemparkan senyum pada
setiap mata yang curi – curi pandang terhadapnya. Tidak ada kata kata yang
terucap , tidak ada tatapan sedih yang terpantul dari sorot matanya, Ia hanya
duduk diam disalah satu sisi bis , sambil sesekali membersihkan gaun pengantin
yang menyapu lantai bis, tangan halusnya terkadang dengan lembut mengusap
kening yang mulai dibanjiri oleh keringat , Ia tak ingin apapun melunturkan
riasan sempurna di wajahnya.
Banyak mata yang memandang penuh
tanya, desas desus memenuhi seisi bis yang semakin siang semakin penuh sesak
oleh penumpang , bisik – bisik mulai terdengar dari satu mulut ke mulut lainnya
, menembus deretan-deretan kursi dan sampai di telinganya ,Silla tidak tuli ,
Ia dapat mendengar gunjingan yang orang orang katakan tentang penyebab
keberadaannya di bis ini ,
“ Mungkin pernikahan yang dipaksakan !
“ celetuk seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya
“ Ya, Pasti melarikan diri karena
begitu terbebani “ Tambah wanita itu lagi .
Silla
tersenyum , Ia tak melakukan hal lain selain tetap tegar pada kediamannya , Sebab
Silla tidak lari , Ia benar – benar tidak akan melakukan itu pada sesuatu yang
telah Ia nanti- nantikan selama ini , sebuah pernikahan dengan Pria yang paling
Ia cintai. Namun Silla tidak akan kembali kepernikahan itu , Ya .. setidaknya
sampai Robby mengerti.
***
Pengantin Pria mengendurkan dasi kupu
– kupunya , Ia tampak gelisah , beberapa kali ia terus saja mondar mandir tanpa
tujuan, Namun begitu jelas terlihat bahwa Ia sedang berusaha mengontrol Seluruh
emosinya saat itu , Sebab Ia pernah mengalami hal ini sebelumnya , pernah
ditinggalkan orang yang sangat Ia cintai tepat saat semuanya akan berlangsung
sama seperti hari ini. Robby terluka , Luka yang benar – benar dalam . Ia
bahkan sempat berpikir bahwa tak ada jalan untuk keluar dari segala kehampaaan
yang Ia rasakan saat itu ,setidaknya sampai waktu akhirnya mempertemukan Robby
dengan Silla . Baginya Silla adalah gadis yang mampu menggantikan posisi Anna ,
Wanita yang dulu ada dalam hatinya , wanita yang meninggalkannya tanpa alasan
apapun.
“ Dia melakukan hal yang sama padaku ,
Aku pikir dia mencintaiku “ Robby menghempaskan jaz putih yang dikenakannya
dengan gagah ke sofa matanya menatap dalam pada Tora yang duduk dihadapannya .
“ Dia mencintaimu Rob “ Tora mencoba
meyakinkan sahabatnya.
“ Kau Bohong ! Silla meninggalkanku
seperti yang Anna lakukan ! “ Teriaknya pilu.
“ Kalau begitu selamat ! “ Tora
berseru, namun wajahnya menunjukkan keprihatinan yang sangat , “ Kau berhasil
mengubah Silla menjadi Anna ! “
Robby termenung , Ia yakin telah
melakukan sebuah kesalahan yang terlambat Ia sadari . Sesuatu yang ternyata
masih tersimpan di dalam lubuk hatinya
yang gelap dan terselubung oleh dendam , Semua Itu tentang kenyataan bahwa diam
– diam Robby masih mencintai Anna . Cinta yang begitu dalam sedalam luka yang
Anna torehkan dihatinya . Bahkan ketika Ia menemukan Silla , gadis yang mampu
menerima dan mengisi segala kekosongan yang Anna perbuat terhadap Robby ,
Hatinya justru masih berada dalam lingkarang kenangan bersama Anna , dan
perlahan-lahan Robby mulai mencintai Silla seperti Ia mencintai Anna . Tapi
Robby tak pernah tahu bahwa Silla tak pernah menginginkan Robby menerimanya
sebagai pengganti Anna , Silla ingin Robby mencintainya tanpa bayang bayang
Anna, Karena Silla adalah Silla , Bukan Anna.
***
Bis semakin penuh sesak , Silla
berusaha untuk menyelamatkan gaun
pengantinnya dari pijakan pijakan sepatu para penumpang yang berdesakan. Di tangannya tergenggam sebuah
handphone yang biasanya akan berdering setiap saat, menit demi menit Robby tak
pernah memberinya jeda sedetikpun tanpa kabar , Bahkan hanya untuk membuka
sebuah pintu Robby akan senantiasa menelpon untuk memberitahukannya, tapi hari
ini ketika Silla pergi meniniggalkan seluruh acara handphone itu sama sekali
tak bergeming , Robby tak mencarinya , Tak menanyakan kemanakah Silla pergi dan
mengapa Ia melakukan itu . Silla sadar Robby tak akan mempertahankannya seperti
Ia mempertahankan Anna kala itu.
“ Anda baik baik saja ? “ Pria tua yang
duduk disebelahnya memberanikan diri untuk bertanya, sebuah pertanyaan
sederhana yang jawabannya telah dinanti oleh semua orang didalam bis.
“ Ya, tentu ! “ Silla berucap pasti.
“ Tapi anda..” Pria tua itu kembali
menunjukkan kecemasannya , Namun Silla menepis perhatian itu dengan sopan.
“ Aku baik – baik saja “ Silla
mengulang keyakinannya. Silla benar benar berada dalam kondisi cukup waras
untuk menanggapi setiap pertanyaan dari orang – orang disekitarnya , Tapi Silla
merasa bahwa orang lain tak pernah mempunyai hak untuk ikut campur lebih dalam
terhadap masalahnya ketika hal itu tidak Ia izinkan, Dan hal yang semakin
membuatnya merasa lebih baik adalah ketika Pria tua itu mengerti , mengerti
untuk berhenti perduli .
Silla menghela nagas , Ia menyadari
bahwa berhenti untuk perduli adalah sebuah tindakan yang seharusnya Ia lakukan
saat itu, Ketika ia berada dalam posisi Pria tua disebelahnya dan melihat penuh
tanya pada Pria dengan Pakaian pengantin disampingnya , Robby . dan saat ini Ia
begitu menyesali keingin tahuannya saat itu.
“ Apakah Pelaminan hanyalah permainan
? “ Keluh hatinya , Silla semakin bingung, hatinya bertambah tak yakin apakah
ia harus kembali atau meneruskan langkahnya dan pergi , seperti yang Anna lakukan .
“ Tidak ! “ Silla mengeleng –
gelengkan kepalanya , meskipun untuk sesaat Ia ingin Robby mengerti bahwa
selama ini Ia terkekang dan terkurung dalam segala mimpi yang Robby berikan,
mimpi yang pernah Robby miliki bersama Anna , sebuah Impian sederhana tentang
memiliki rumah tangga kecil yang bahagia, Robby selalu berharap dapat
mewujudkan mimpi itu, mimpinya , mimpi Anna juga.
Silla Meremas gaun pengantinnya,
betapa tersayat hatinya setiap kali Ia mengingat perlakuan Robby terhadapnya , Meskipun
ia memberikan kebebasan kepada Robby untuk dapat mencintainya dengan segala
cara yang Robby bisa namun bukan berarti dengan melampiaskan semua hal yang
seharusnya Robby lakukan bersama Anna kepada Silla . Ia bukan boneka yang di
peluk, dimanja dan diperlakukan sebagai ratu namun dijadikan orang lain. Silla
yakin bahwa ia adalah wanita yang jauh lebih baik daripada Anna , Wanita yang
tega meninggalkan Robby untuk menemukan kebahagiaan lain bersama sosok yang
lain. Silla mengenal sosok Anna meskipun tanpa sebuah pertemuan , cerita panjang
yang selalu Robby tuturkan padanya tentang Anna bagaikan sebuah dongeng sebelum
tidur yang membuai , mengalun dan mencekam
untuk Silla . Dan bagaimanapun Robby mengatakan bahwa Ia mencintai
Silla, Silla akan selalu menyadari bahwa itu hanyalah usaha Robby agar Ia dapat
melupakan Anna . Tapi kini , Silla telah menjadi Anna, setidaknya begitulah
cara Robby memperlakukannya , hari – hari bersama Silla hanyalah sebuah
kenangan bersama Anna yang Robby hidupkan kembali . Silla jelas bukan Anna ,
tapi bagi Robby , Anna adalah Silla.
***
Para undangan mulai berdatangan ,
hampir mencapai sembilan puluh persen dari seluruh jumlah tamu spesial yang
diundang . Menunggu berlangsungnya acara para tamu saling berbincang – bincang
, mereka membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan , tentang hidup merekia , tentang harta warisan , tentang
tetangga yang merepotkan atau sesekali menyinggung tentang pengantin pria yang
akhirnya dapat melangsungkan pernikahan setelah mengalami kegagalan bebeapa
bulan yang lalu.
“ Tak kusangka Robby dapat menemukan
pengganti Anna dengan cepat ! “ celetuk seorang Pria.
“Aku pikir ini hanya berselang
setengah tahun sejak kepergian Anna “ Bisik mereka, sesekali terlihat wajah
prihatin dari sorot mata sang tamu , namun tawa ledekan jauh lebih banyak
terbesit dari bibir – bibir busuk mereka.
“ Tapi dimana kedua mempelai sekarang
? “ tidak ada yang dapat memberikan jawaban , semuanya membisu dengan pikiran
pikiran mereka. Sementara itu diruang rias pengantin sang Ibunda terduduk lemas
disofa , Adik Robby sesekali mengibas – ngibaskan tangannya untuk mendinginkan
emosi Ibunya yang memanas.
“ Sudahlah , Batalkan saja ! “ Sang
adik menghapus make up diwajahnya , Robby hanya diam tanpa tanggapan apapun.
“ Aku sudah menduga Silla akan
melakukan ini , aku bisa melihat itu dari sorot matanya , Ia membencimu Kak,
Membencimu karena telah menjadikannya pelarian dari Anna , dan lihatlah
sekarang , Silla benar – benar lari , ya.. Lari dari cengkramanmu ! “ Teriak sang
adik , Ia tak peduli lagi pada para tamu yang menunggu ketidakpastian diluar
sana .
Ibunda Semakin tak kuasa mengangkat
kepalanya, Ia benar benar terkejut , keterkejutan yang sama seperti saat Robby
memperkenalkan Silla kepadanya beberapa bulan yang lalu. Waktu yang begitu
singkat bagi Robby untuk bangkit hidup kembali setelah kematian yang panjang
didalam hatinya.
“ Aku mengasihanimu kak Robby , tapi
aku jauh lebih menderita melihat Silla , Aku juga wanita kak ! “ Sang Adik
menggemakan seisi ruangan yang hanya dihuni oleh mereka bertiga. Tora telah
meninggalkan mereka , tidak jauh, Ia hanya berada diluar ruangan di balik pintu
, diam dan mendengarkan keputusan apa yang akan Robby ambil kali ini.
“ Aku tak akan menahannya untuk pergi
jika itu keinginannya, karena Silla lebih tahu seberapa besar aku mencintainya
“ Robby membuka suara , kata – katanya terdengar lirih , sesaat bibirnya
tertutup rapat walaupun sebenarnya banyak hal yang ingin Ia sampaikan tentang
hal – hal yang salah dimengerti oleh Keluarganya , Oleh Tora sahabatnya dan
Oleh Silla. Bahwa Tak sedikitpun Robby ingin merubah Silla menjadi Anna ,
Baginya Anna adalah masa lalu yang pernah Berada dihatinya, rasa cintanya ke Anna hanyalah seberkas
kepingan yang terkunci di dalam sudut yang paling gelap dan sekarang tak dapat
Ia temukan kembali. Namun bibirnya terkunci , Ia menyadari kebodohannnya
sebagai Seorang Pria , Rasa takut akan kegagalan dan kehilangan yang pernah Ia
alami membutakan hati dan Pikirannya, Ia memperlakukan Silla sebagai mana dulu
Anna Ingin diperlakukan Olehnya, Ia melakukan itu semata - mata karena Ia benar
– benar tidak Ingin Kehilangan Silla sebagaimana Ia pernah Kehilangan Anna. Tapi
kini semuanya sudah terlambat , Robby melepaskan dasi kupu – kupu yang menempel
manis di lehernya.
“ Batalkan ! “ tegasnya , Robby
melangkah keluar ruangan sementara sang Adik tengah sibuk menyadarkan sang
Ibunda yang jatuh pingsan. Tora menangis, tangisan seorang Pria yang tertahan
didada lebih menyakitkan daripada linangan air mata yang tumpah . Bahkan tanpa
air mata yang menetes disudut mata Robby , Tora tahu, Robby telah hancur .
***
Seorang Pria duduk di halter bis
sembari menunggu pemberhentian Bis selanjutnya, sama seperti dulu , seperti
enam bulan yang lalu . Dengan putus asa Robby berharap dapat menenangkan
dirinya dalam sebuah bis yang melaju . Robby menyukai itu , sebuah kebiasaan
menyendiri di tengah keramaian dan hal itu jugalah yang mempertemukannya dengan
Silla.
Robby melirik jam ditangan kirinya,
hanya beberapa saat lagi seharusnya ia akan melangsungkan sebuah pernikahan.
Kedua tangannya Ia letakkan dalam satu genggaman didepan dadanya , Robby
sedang berdoa mengharapkan sebuah
Mukjizat dari tuhan . Dan bersamaan itu sebuah bis umum berhenti, seorang gadis
dengan gaun pengantin melangkah pasti turun dari bis, Silla menatap dalam Robby
yang tepat berada di hadapannya. Tanpa kata kata , hanya sebuah senyum yang
bisa Silla perlihatkan , senyum yang tak pernah dapat Robby maknai , Dan ketika
sepasang pengantin hanya mampu saling pandang memandang dengan cepat bis
berlalu meninggalkan keduannya tanpa menunggu akhir apapun untuk kisah mereka.
Silla mengulurkan tangannya Pada Robby
,
“ Mari kita kembali, Robby ! “ Ajaknya
, Silla tersenyum , sebuah senyum yang membuat nafas Robby tercekat.
“ Apa semua Ini Silla ? “ Robby
mendekatkan wajahnya ke wajah Silla, “ Kau mempermainkanku ? “ Ia menyipitkan
sebelah matanya, berusaha percaya pada apa yang baru saja Ia lihat dan Ia
dengar . Silla menggeleng.
“ Aku , akan menunggu sampai kau
melupakan Anna ! “ Silla menarik nafas dalam, lalu melanjutkan kembali kata –
katanya. “ dan sampai saat itu tiba izinkan aku berada disampingmu sebagai
Silla yang kau cintai , Bukan Anna ! “ Tegasnya .
“ BODOH ! “ Robby menghentakkan
kakinya ketanah dengan jengkel, “ Aku hampir membencimu karena ku pikir kau
meninggalkanku !“ , Sella tertawa
Renyah, lalu kembali melontarkan sorot
mata ketegarannya.
“ Wanita Itu , siapapun dia , aku
ingin melihat seperti apa Rasanya menjadi Anna, yang pergi dengan begitu konyol
meninggalkan Pria yang sangat mencintainya “
“ Lalu ? “ Robby meraih tangan Silla.
“ Dan ternyata itu menyakitkan “ Silla
melanjutkan kalimatnya, “ Jadi meskipun kau memaksa, meskipun aku begitu benci
karena kau menjadikan ku sebagai Anna , sampai kapanpun aku tak akan pernah
menjadi Anna yang bodoh , karena aku adalah Silla dan Aku mencintaimu , dan
karena itulah aku kembali “ , Silla menyelesaikan kalimatnya dengan begitu
tenang, Robby dengan cepat merangkul Silla dalam pelukannya.
“ Aku mencintaimu Silla ! “ Bisiknya.
Meski
diatas mereka langit tidak secerah yang diharapkan , Namun merpati-merpati
terbang ke udara, Mengepakkan sayap indahnya yang selama ini terkurung dalam
penjara tak bertepi, melepaskan semua belenggu akan kenangan masa lalu yang
menyesatkan. Silla sudah cukup dewasa
untuk dapat menyadari , bahwa tak setiap orang dapat melupakan cinta pertama
dengan begitu mudah, seperti sebuah kertas putih yang diatasnya tertuliskan
sajak sajak dengan tinta hitam, Ia takkan terhapus dengan begitu mudah sebab
selalu ada bekas yang tertinggal. Namun
setiap hati berhak meraih sebuah kebebasan untuk menentukan cinta, sama seperti
beribu merpati yang berterbangan, melayang di udara jauh tinggi dan tak
tersentuh menuju langit biru di balik awan kelabu, Robby akhirnya mengerti Sejauh
apapun sang merpati pergi , tak perduli seberapa indah dunia diluar sangkar,
Merpati terbaik akan selalu kembali kepada pemiliknya. Kini takdir telah
bicara......
Untuk Pria keras kepala yang aku kagumi :
“
tetap tegar , selalu jadi diri sendiri dan jangan menangis “
Aku sayang kamu , aku tak akan kemana – mana