Jumat, 13 Maret 2015

Reneissance *


2. Wajah Dibalik Suara https://mail.google.com/mail/u/0/images/cleardot.gif

Ketiga remaja tertidur pulas, raut wajah kelelahan terpampang di wajah ketiganya, mobil masih melaju kencang meninggalkan daerah perkotaan dan masuk kejalan aspal ditepi tebing, Hermed membetulkan letak sepionnya , mengatur posisi yang pas agar ia dapat melihat wajah ketiga remaja lebih detail.
Tiba tiba telpon di saku celannya berbunyi , ia dengan cepat menempelkan sebuah alat pendengar di telinganya.

" Hallo,ya baiklah, seperti yang kau harapkan, lentera sudah mulai menyalak dan seluruh domba kembali kekandang "  ucap hermed pada suara diseberang telpon." Oh, tak usah khawatir . Monster itu masih belum terbangun, benar sekali," ia melirik pada kaca sepion, memastikan kalau tidak ada yang terbagun tiba tiba dan menguping pembicaraan."Lebih jauh tentang lelaki ini Akan aku pastikan !" Hermed menutup telponnya. Matanya masih menyelidik , dalam dan tajam. " Aku tak menyangka ada Varcha yang hidup dalam dirimu " bisik hatinya.

Hermed kembali memusatkan perhatiannya kejalan yang berliku , memacu mobilnya secepat mungkin, namun dikursi belakang sepasang bola mata bergerak gerak dibali kelopak yang tertutup, sepasang bola mata milik grace. Ia belum terlelap terlalu jauh , atau bahkan ia tak akan pernah terlelap lebih jauh yang dia harapkan , gadis tomboi itu tak pernah bisa bermimpi dalam tidur selelap apapun , pikirannya akan selalu menyadari situasi dan kondisi yang terjadi disekitarnya , dan karena itulah Marvo selalu menggodanya dengan julukan Nona alam nyata, karena bahkan dalam tidur Grace sama sekali tidak kehilangan kesadaran, karena itu apapun yang hermed bicarakan dengan sosok diseberang telpon , Grace dapat mendengarnya, bahkan dengan begitu jelas.

Malam semakin menyeruak, angin pantai mulai menerpa kaca jendela mobil yang melintas, tinggal beberapa kelokan lagi, maka rumah Heryz akan terlihat dengan jelas, dan tak terasa akhirnya tibalah mereka, sebuah rumah beton yang cukup luas, terdapat pagar kayu yang mengelilinginya, rumah tersebut memiliki loteng kecil yang tersembunyi di balik atap, seluruh jendela merupakan kaca hitam yang dilapisi jeruji besi dan seluruh bagian rumah di cat dengan warna merah muda.

Ketiga remaja masih terlelap ,Hermed turun, membunyikan bel pintu, lalu menunggu beberapa saat sampai ada sahutan dari dalam. Pintu terbuka, seorang wanita dengan piyama tidur menyembulkan kepala nya dibalik pintu, ia tersenyum pada hermed.

" Oh, Pak hermed, sekiranya datang tengah malam begini, apakah ada sesuatu ?" Tanya bibi Dolby sambil merapikan rambutnya yang berantakan, bibi dolby adalah ibu asuh yang telah membesarkan Heryz selama tujuh belas tahun. Dan dia adalah seorang wanita tunggal, bibi dolby kehilangan suaminya dalam sebuah kecelakaan kereta api  lima tahun terkahir.

" Tidak nyonya ! Saya hanya mengantarkan heryz dan teman temannya saja, mereka tertidur pulas dimobil" jelas hermed," saya tak tega membangunkannya !" Tambahnya lagi

" Maaf telah merepotkanmu Pak Hermed, " bibi Dolby membungkuk sedikit, ia lalu berjalan keluar tanpa alas kaki menuju mobil. Hermed mengikuti untuk membantu membukakan pintu mobil.

Bibi Dolby menggoyang goyangkan tubuh heryz dan kedua temannya, " Grace kalian sudah sampai ! " Ia menarik lengan baju Gadis itu, ,Ia cukup mengenal Grace sebagai teman baik Heryz , sedikit banyaknya ia paham betul ciri , sifat dan tabiat kedua teman anak asuhnya itu, dan Bibi Dolby tahu Grace telah menyadari bahwa mereka sudah tiba, karena itu  tanpa perlu berlama lama Grace telah membuka matanya,

" Bantu aku membangunkan Heryz dan Marvo !" Pinta bibi Dolby, grace menggangguk sambil menguap dan mengucek ngucek matanya yang terasa lengket.

" Bangun bocah , kalian sudah sampai ! " Grace berucap sedikit keras, " jangan sampai aku menyeret kalian ya ! " Pekiknya, Ia memang seperti itu, tak bisa sedikitpun bersikap manis sebagai wanita, dan Bibi Dolby dapat memaklumi itu.

" heryz ini rumahmu ! " Grace semakin mengeraskan kepalanya, melihat Marvo dan Heryz tak jua bergeming Ia menggaruk garuk kepalanya kesal. " Ayolah , rumahku masih beberapa kelokan lagi dari sini " ia mengeluh.

" Bantu aku memapah mereka, malam ini kau  dan Marvo menginap disini saja, akan aku telpon ibumu". Ujar bibi dolby, Grace mengangguk,  mereka bertiga - Bibi dolby- Grace - dan Hermed, memapah kedua lelaki yang terlelap tidur.

" Bangunlah Heryz, kau tak seringan dugaanku !" Grace mengeluh , tubuhnya kewalahan harus memapah sebagian berat tubuh heryz,

" Aku sudah bangun dari tadi Grace" Bisiknya ," tapi membuka atau menutup mata akan sama saja bagiku , gelap !" Heryz berujar

" Kalau begitu jalan ! berdiri dengan kedua kakimu tuan !" Grace membentak , Bibi dolby hanya tersenyum ,  Hermed membantu mereka sampai memasuki kamar , kedua remaja itu di hempaskan di ranjang tidur dan dengan segera kembali terlelap tanpa mengucapkan sepatah kata.

" Terima kasih Pak hermed " Bibi Grace mengantarkan tamunya itu menuju pintu , "tolong sampaikan terima kasih ku pada tuan Zoune juga "

" Baik ! " Hermed memasuki mobil dan segera memacunya. Sementara itu Grace tengah mengeluhkan pundaknya yang sakit akibat memapah tubuh teman temannya.

" Kalian bahkan tak bangun untuk mengucapkan terima kasih , dasar pria pria  tidak tahu diri ! "Omel Grace,  ia memperhatikan kedua wajah temannya yang sedang terbuai dalam mimpi, mimpi yang rahasia. Telinga Grace diam diam menangkap perbincangan telpon dari ruang tamu. Ya, Bibi grace sedang menghubungi Ibunya dan Ibu Marvo, mereka tak dapat pulang malam ini.

" Hari yang membingungkan ! " Grace bergumam, tiba tiba ia teringat akan sesuatu , perbincangan ditelepon.  Dengan siapa hermed sedang berbicara ? Pikirannya bertanya tanya, kenapa apa yang mereka bincangkan terdengat begitu rumit !  Lentera menyalak ? Domba telah kembali kekandang ? Dan lain lain , apa maksudnya ? , Grace memegang kepalanya , ia tak dapat melanjutkan tidurnya jika pikirannya terus menerus berpacu seperti ini, Grace duduk ditepi ranjang , ia menyenggol nyenggol kaki Marvo yang sudah mulai mendaki ke pundak Heryz,

" Marvo ! Hey Marvo ! " Grace menyikut pundak marvo , " aku ingin cerita ! " Ia berucap pelan, namun seperti biasa Marvo tak akan terbangun bahkan ketika terjadi gempa bumi sekalipun , Grace paham betul  itu , paham diluar kepala , ia dan Marvo sangat berbanding terbalik , jika bagi Marvo ia adalah Nona alam nyata maka baginya Marvo adalah Pria dunia lain, ya.. Marvo selalu punya pikiran yang tak trerduga duga, dalam setiap tindakan Marvo selalu berbuat sesuai apa yang hatinya ingnkan, ia percaya pada keyakinannya meskipun itu lebih sering terlihat konyol dan tak masuk akal. Tapi tak perduli pada cibiran orang orang , Marvo mencintai diri aneh-nya Utuh.

" Grace " Bibi Dolby memanggil dari dapur , ia menyiapkan teh hangat dan biskuit kelapa untuk Grace," aku sudah menelpon Ibumu , ia bilang kau dapat kembali kerumah besok pagi sebelum pukul lima " teriaknya  ,

Grace Mengiyakan dari kamar " baik bibi! " ia sedikit menjerit. Sebelum melangkah keluar dari kamar, matanya sempat -menjelajah seisi  kamar tidur Heryz. Ini pertama kalinya ia masuk ke kamar laki laki, selain adiknya. Namun ketika Grace melihat Marvo dan Heryz saling berpelukan dalam tidur nyenyak mereka , Grace memekik .

" Aish ,, tidak tahu malu ," gerutunya," ketika tidur saja bisa berbuat mesum !" Tambahna lagi , ia mengucel ngucel rambutnya geli , dengan langkah cepat ia berjalan keluar kamar, sehingga pintu terbanting cukup keras.

" Kau melihat mereka berpelukan ? " Bibi Grace tertawa kecil , " itu sudah biasa , aku sering melihat mereka seperti itu setiap kali Marvo menginap disini " ia menuangkan the kedalam gelas.

" Kemarilah ! Aku tahu kau tidak dapat melanjutkan tidurmu kembali ,karena itu berbagilah sedikit cerita kepada bibi tua ini " Bibi Dolby menyanggah wajahnya dengan tangan, rambut pendek bergelombang yang mulai memutih dan kerutan di beberapa bagian wajah  mengesankan bahwa ia sudah melalui hidup dengan banyak petualangan,dan malam ini Bibi Dolby siap untuk mendengarkan pengalaman kecil anak asuh dan teman temannya. " Bagaimana ? Apakah pameran itu begitu keren sehingga membuat kalian pulang larut malam?"

Grace menggeleng pelan , " tidak seperti yang ku bayangkan , ternyata hanya melihat lihat lukisan sangat membosankan " Grace mendesah , ia meniup teh perlahan lalu meneguknya. Setelah beberapa teguk melewati kerongkongan nya yang kering  grace kembali  melanjutkan kalimatnya,

" aku jadi heran , bagaimana kedua lukisan itu tiba tiba bisa menghilang ya !" Grace meletakkan gelas di atas meja , ia mennggerak Gerakkan bibirnya kekanan dan kerkiri,Grace sedang Berpikir keras. Melihat hal itu Bibi Dolby semakin memasang telinga,

" Apakah telah Terjadi pencurian ?" Tanya Bibi Dolby,

Grace mengangguk, setelah menarik nafas dalam dalam , ia menuturkan semua hal yang ia lihat hari ini , Ibukota yang hinar binar, gedung pencakar langit dimana mana, lukisan lukisan  yang tak ia mengerti dan sampai kepada bagian dimana lampu lampu bergantian padam dan dua buah lukisan menghilang.

" Bearti dalam waktu dekat, kalian akan kembali lagi ke ibukota untuk dimintai keterangan tentang perstiwa itu ?" tanya Bibi Dolby,

" Sepertinya begitu " Grace mengiyakan, ia mulai menguyah biskuit kelapa yang disuguhkan oleh Bibi dolby untuknya , " apa tak sebaiknya kita bangunkan Heryz dan Marvo, Bibi ?" Tanyanya , "kami tak dapat menemukan warung untuk membeli makanan, jadi saat ini mereka pasti tidur dalam keadaan sangat lapar " Grace prihatin.

" Ya, aku juga berpikir demikian , sebentar ! " Bibi Dolby bangkit dari duduknya , ia berjalan menuju kamar mandi , mengambil segayung air untuk menyadarkan kedua remaja yang sedang terjebak didunia lain, dunia mimpi. Sementara itu Grace memilih untuk menghidupkan seluruh lampu dalam rumah itu, setiap ruangan memiliki satu buah lampu utama dan tiga buah lampu cadangan yang akan dihidupkan khusus untuk Heryz, lelaki itu hanya dapat melihat ketika keadaan benar benar terang .

KLIK , Grace menekan tombol lampu, kini setiap sisi dan sudut dirumah  tersebut semakin terang benderang , Grace mengedipkan matanya ia sadar betapa Bibi dolby butuh biaya yang besar untuk membayar rekening listrik semua lampu lampu ini, sementara itu dari kamar tidur Heryz mulai terdengar suara keributan dari kedua remaja yang sudah terbangun.

" Itu cara yang ampuh untuk membangunkan mereka ! " Ucap Bibi Dolby setelah selesai dengan tugasnya,  sambil menahan tawa ia mengambil kembali posisi duduknya disalah satu kursi yang mengelilingi sebuah meja dengan empat cangkir berisi the hangat dan sekaleng biskuit diatasnya,  Grace ikut  tertawa Ia yakin kalau Kedua laki laki itu sedang mengomel karena harus terbangun dengan kondisi tidak wajar , Basah .

Selang beberapa menit, Heryz dan Marvo muncul sambil memperlihatkan wajah kesal mereka , Bibi Grace memasang senyum dan mengajak keduanya untuk bergabung dalam lingkarang disekeliling  meja , sebelum mengiyakan Heryz masih sempat melirik pada jam yang menggantung bisu didinding,Sudah hampir tengah malam.

" Jika seperti ini caranya , aku akan berpikir berkali kali untuk menginap disini lagi ! " Marvo mengomel, ia mengacak ngacak rambut landaknya yang basah.

Bibi Dolby tersenyum, ia menuangkan teh hangat kedalam dua gelas kecil, " hanya cara itu yang aku tahu  bisa membangunkanmu ! " Jelasnya, " Grace bilang kalian lapar , jika aku membiarkan kalian tidur dalam keadaan seperti itu , bisa bisa besok kalian akan mengeluh sakit  pada bagian lambung "

Heryz meneguk minuman , " setahuku yang sulit bangun hanya Marvo, kenapa aku juga mendapat siraman malam ?" Gerutunya,

" Agar ibumu ini tak terkesan pilih kasih " Bibi Dolby mengusap wajah heryz yang belum kering seutuhnya. Ia lalu menatap ketiga wajah bergantian " Makanlah beberapa Biskuit sebagai penganjal perut kalian , setelah itu beristirahatlah kembali " tukasnya,

" Baik Bibi ! " Marvo dan Grace menjawab serempak, Heryz mengangguk.

" Wah ,, Ternyata aku benar benar lapar ! " Marvo berteriak, ia menyumpal tiga potong biskuit sekaligus dalam mulutnya,

" Dan rakus ! " Sambung Grace , Ia memasang wajah tak berdosa. Marvo hanya mencibirkan bibirnya .

" Bukankah besok hari terakhir kalian menjalani hukuman diperpustakaan  ? "
Tanya Bibi Dolby, ketiga remaja menghentikan aktivitas menguyah biskuit mereka .

" Benar ! " Marvo menjentikan jarinya , ia tersenyum lebar " tak terasa sudah dua bulan berlalu, akhirnya ..." Marvo menghentikan kalimatnya.

" ada apa dengan kata akhirnya ?" Grace melotot pada Marvo , Menyadari hal itu Marvo juga melakukan hal yang sama.

" sudah sudah, kalian bukan anak kecil lagi ! " Bibi Dolby mencoba  mendinginkan  suasana, " kalau bukan karena hukuman itu , kalian tidak akan seakrab ini sekarang ". Kata kata Bibi Dolby membuat ketika Remaja memutar ingatan , dua bulan yang lalu mereka tidak berada dalam ikatan pertemanan seperti yang terlihat hari ini, Heryz , grace dan Marvo hanya siswa biasa dengan kesibukan masing masing , tak saling kenal , tak pernah bersua ,dan tak mungkin berbagi cerita , namun nasib siallah yang justru mempertemukan mereka , hari itu sebuah kebetulan yang tak disangka sangka ketiga remaja melakukan aktivitas yang sama , membaca. mereka melakukan itu di perpustakaan sekolah dan entah bagaimana seluruh rak buku di perpustakaan tersebut berjatuhan , buku buku berserakan seperti diterpa oleh badai yang dasyat dan penjaga perpustakaan mendapati mereka sebagai tersangka;

" Padahal tidak sedang  terjadi gempa bumi !" Marvo berujar sambil mengelus ngelus dagunya , " tapi semua rak berjatuhan seolah olah dirobohkan secara sengaja " Ia kembali memulai investigasi yang sempat vakum. Dan hal itulah yang menjadi awal kedekatan mereka , pihak sekolah memberikan mereka tugas untuk memperbaiki rak buku yang rusak dan menyusun kembali buku buku yang berantakan selama dua bulan lamanya, dan dari situlah awal keakraban mereka bermula , mereka selalu bertemu, bertemu untuk saling mengenal , untuk selalu bersua dan untuk berbagi cerita serta untuk mendekorasi kembali perpustakaan yang berantakan

" Mungkin kayu rak buku tersebut sudah lapuk , bukankah ada beberapa rak yang patah ?" Grace menambahkan ,

" Patah ? " Marvo menyadari sesuatu , " kau benar grace ! Rak itu patah , karena sesuatu menyebabkannya dengan sengaja , bukan karena lapuk ! "

" Kau yakin ? " Tanya Heryz , sebelah alisnya terangkat.

" Ya dan ya !" Marvo berseru , ia bangkit dari duduknya, tampaknya pembicaraan ini menghilangkan lima puluh persen rasa ngantuknya " ayahku adalah pengrajin kayu , jadi mudah bagiku untuk membedakan hasil tangan manusia atau kehendak alam "

Grace  mengangguk anggukan kepalanya , " Tapi kau tetap  cukup bodoh untuk baru menyadarinya sekarang, setelah semua hukuman kita jalani"

Marvo kembali duduk dkursinya,
" Setidaknya kita bisa membuat pembelaan , bukan kita penyebab rak rak itu berjatuhan !" Serunya .

" Maksudmu , kau ingin menyampaikan kalau ; kita Dijebak ?" Grace berpendapat, lagi lagi marvo menjentikkan jarinya,

" Tepat ! , seseorang pasti ingin kita dihukum !" Marvo menyakini.

" Atau ... Seseorang ingin kita celaka ! " Sambung Heryz, kedua temannya berserta Bibi Dolby membungkam seketika.

" Tak mungkin sampai separah itu ,,," sanggah Bibi Dolby , ia mengusap keringat diwajahnya," namun , kalian bisa mulai mencari tahu hal itu besok " usulnya , bibi Dolby menutup mulutnya dengan tangan , ia sudah mulai mengantuk , " aku harus bangun lebih pagi dari kalian , jadi seharusnya aku juga tidur lebih cepat " Bibi Dolby bangkit, sebelum meninggalkan ketiga remaja ia berpesan ," jika sudah selesai dengan perdebatan kalian , segera tidur dan matikan lampu , ohya Grace , kau dapat tidur denganku dikamar "

Grace mengangguk , Bibi dolby berjalan meninggalkan mereka menuju kamar tidurnya , sementara itu ketiga remaja melanjutkan diskusi tanpa tema mereka .

" Wah ,, itu pernyataan yang mengerikan Heryz ! " Sela Marvo , " siapa yang tega berbuat seperti itu kepada kita ? " Tanyanya.

" Itu hanya dugaan saja ! Bisa berarti ya , atau tidak sama sekali ". jelas Heryz , ia megigit biskuit ditangannya.

" Kita akan selidiki ini ! " Grace menggebu-gebu.

" aku punya insting yang kuat tentang pernyataanmu itu , " Marvo memegang dadanya , " dan instingku ini bisa kalian andalkan "

" Kheeh ! " Grace mencibir , "jangan harap aku akan mendengarkan Instingmu yang ngawur itu , tidaklah ya ..."

"Jika kau bilang instingku ngawur , apa Kau pikir berbicara dengan lukisan adalah hal yang masuk akal , oh,,, aku merasa lukisan itu sedang berbicara padaku, dimana , dimana buku itu kau sembunyikan ..." Marvo menirukan ucapan Grace saat pameran tadi siang, ia menirukannya dengan suara yang dibuat buat sehingga lebih terkesan meledek .

" Awas kau !" Grace menunjuk nunjuk Marvo dengan mata menyalak

" Tingkah kalian yang seperti ini ,jelas  aku tak suka !" Ucap heryz, " seperti anak anak yang memperebutkan permen ! , terus menerus ribut ! " Sergah Heryz , ia melepaskan kacamatanya , Heryz suka melakukan itu , entah kenapa terkadang ia merasa kacamata justru membuat penglihatannya semakin buruk.

" Maaf Sobat ! " Marvo merangkul pundak Heryz , ia mendekatkan wajahnya ke wajah Heryz,setengah berbisik " kau kan bisa melihatnya sendiri , Nona yang ada didepanmu itu ,sangat Menyebalkan !"

" Kau yang menyebalkan ! " Serang Grace , ia benar benar terpojok oleh dua lelaki dihadapannya, " aku berharap bisa menghilang seperti lukisan lukisan itu " pintanya

" Sayang sekali Grace ,  kau tak seberharga lukisan wanita di era 20 an itu untuk membuat seseorang berniat mencurimu " Cela Marvo ,

" Tidak !" Bantah Heryz, " seseorang mencuri lukisan tersebut bukan karena lukisan itu berharga tinggi !" Heryz memasang kembali kacamatanya , ia mulai membuat penafsiran yang menarik " coba fikir ,bukankah kita melihatnya sendiri , lukisan pengembala tidak memiliki daya tarik yang cukup bahkan untuk menciptakan decak kagum  dan menarik perhatian pengunjung , apalagi  untuk membuatnya menjadi sasaran pencurian , tapi kenapa justru lukisan itu juga menghilang dan  bukan lukisan  berharga lainnya ?"

Marvo dan Grace tersadar, Mereka tak berpikir sejauh itu sebelumnya. Untuk yang kesekian kalinya , ketiga remaja memacu otaknya untuk membuat sebuah opini yang masuk akal , mereka ingin menduga dan memecahkan masalah tersebut , setidaknya untuk menghilangkan rasa penasaran mereka .

" Itu artinya , lukisan tersebut tidak dicuri hanya dengan sebuah maksud , maksudku Uang ! Bukan itu tujuan utamanya , melainkan ada alasan yang lain yang memperkuat kedua lukisan itu untuk menghilang secara bersamaan " Marvo menjelaskan ," Dan aku hampir menemukan jawabannya ,,, " Marvo melanjutkan , ketiga remaja saling melempar tatapan yang berisi sebuah pernyataan ,Mereka tahu , tapi belum benar benar yakin , sarat sorot mata ketiganya mulai memancarkan keyakinan, sebuah kalimat diucapkan ketiganya nyaris dalam waktu yang sama

" Lukisan yang berkaitan ! " Kata kata itu melengking diudara , seolah olah sebuah misteri telah dipecahkan .

" Oh my god ! " Celetuk Marvo , " sepertinya ada teka teki yang tersembunyi dibalik semua ini " ia merapatkan kursinya ke meja , sangat dekat ," Kita harus temui tuan Zoune !, pasti dia mengetahui sesuatu !"

Heryz dan grace mengangguk setuju dengan  semangat yang menggebu gebu namun  perlahan lahan  perbincangan diantara mereka mulai terkikis oleh perasaan lelah dan letih ,  sementara Malam sudah semakin larut , keheningan menciptakan aroma mistis di antara ketiga remaja , suara jangkrik dan dedaunan yang bergesekan tertiup angin diluar rumah mengingatkan mereka betapa alam tidak pernah memejamkan mata untuk terlelap walau sedetik , dan berbarengan dengan suara kicauan burung hantu yang menyelimuti keheningan diambang pagi, sayup sayup terdengar suara kerikil diteras rumah yang bergesekan dengan sesuatu secara bergantian , semakin dekat , berhenti dan menjauh , seolah olah  Ada yang datang atau mungkin; ada yang tak benar benar pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar