Senin, 16 Februari 2015

Merpati Di Atas Kertas



Jejeran karangan bunga tertata rapi sepanjang jalan , ukiran selamat berbahagia memenuhi seisi gedung yang didominasi warna putih dan merah muda yang menawan . Hasil dekorasi yang memukai menunjukkan betapa acara yang sedang berlangsung adalah sesuatu yang sangat istimewa. Musik romantis mengalun lembut membuai seluruh telinga tetamu yang hadir pada resepsi pernikahan itu . Karpet merah yang membentang sepanjang pintu masuk menuju Altar dengan mewah diletakkan untuk menyambut pasangan bahagia yang beberapa menit lagi akan memulai  hidup baru mereka. Dan diruang rias pengantin, Tora membawakan seikat bunga mawar putih untuk sang pengantin wanita Namun pintu terbuka dan penganti wanita menghilang, Tidak ada ekspresi heran yang ditunjukkan oleh si pembawa bunga , Tora dengan tenang meletakkan mawar putih itu di meja Rias dan melirik sesaat pada peralatan make up yang berserakan di depan cermin .
          “ Dasar Bodoh ! “ Tora bergumam, “ Cepatlah kembali Silla “
***
          Seperti keajaiban , sebuah bis umum tiba – tiba ditumpangi seorang gadis cantik bergaun pengantin, Wajahnya memperlihatkan kebahagiaan yang tampak seolah olah ingin ia tunjukkan pada seluruh dunia, Pipi yang merona merah oleh polesan Blush on semakin memperindah tarikan senyum dari bibir mungilnya. Berulang kali Ia melemparkan senyum pada setiap mata yang curi – curi pandang terhadapnya. Tidak ada kata kata yang terucap , tidak ada tatapan sedih yang terpantul dari sorot matanya, Ia hanya duduk diam disalah satu sisi bis , sambil sesekali membersihkan gaun pengantin yang menyapu lantai bis, tangan halusnya terkadang dengan lembut mengusap kening yang mulai dibanjiri oleh keringat , Ia tak ingin apapun melunturkan riasan sempurna di wajahnya.
          Banyak mata yang memandang penuh tanya, desas desus memenuhi seisi bis yang semakin siang semakin penuh sesak oleh penumpang , bisik – bisik mulai terdengar dari satu mulut ke mulut lainnya , menembus deretan-deretan kursi dan sampai di telinganya ,Silla tidak tuli , Ia dapat mendengar gunjingan yang orang orang katakan tentang penyebab keberadaannya di bis ini ,
          “ Mungkin pernikahan yang dipaksakan ! “ celetuk seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya
          “ Ya, Pasti melarikan diri karena begitu terbebani “ Tambah wanita itu lagi .
Silla tersenyum , Ia tak melakukan hal lain selain tetap tegar pada kediamannya , Sebab Silla tidak lari , Ia benar – benar tidak akan melakukan itu pada sesuatu yang telah Ia nanti- nantikan selama ini , sebuah pernikahan dengan Pria yang paling Ia cintai. Namun Silla tidak akan kembali kepernikahan itu , Ya .. setidaknya sampai Robby mengerti.
***
          Pengantin Pria mengendurkan dasi kupu – kupunya , Ia tampak gelisah , beberapa kali ia terus saja mondar mandir tanpa tujuan, Namun begitu jelas terlihat bahwa Ia sedang berusaha mengontrol Seluruh emosinya saat itu , Sebab Ia pernah mengalami hal ini sebelumnya , pernah ditinggalkan orang yang sangat Ia cintai tepat saat semuanya akan berlangsung sama seperti hari ini. Robby terluka , Luka yang benar – benar dalam . Ia bahkan sempat berpikir bahwa tak ada jalan untuk keluar dari segala kehampaaan yang Ia rasakan saat itu ,setidaknya sampai waktu akhirnya mempertemukan Robby dengan Silla . Baginya Silla adalah gadis yang mampu menggantikan posisi Anna , Wanita yang dulu ada dalam hatinya , wanita yang meninggalkannya tanpa alasan apapun.
          “ Dia melakukan hal yang sama padaku , Aku pikir dia mencintaiku “ Robby menghempaskan jaz putih yang dikenakannya dengan gagah ke sofa matanya menatap dalam pada Tora yang duduk dihadapannya .
          “ Dia mencintaimu Rob “ Tora mencoba meyakinkan sahabatnya.
          “ Kau Bohong ! Silla meninggalkanku seperti yang Anna lakukan ! “ Teriaknya pilu.
          “ Kalau begitu selamat ! “ Tora berseru, namun wajahnya menunjukkan keprihatinan yang sangat , “ Kau berhasil mengubah Silla menjadi Anna ! “
          Robby termenung , Ia yakin telah melakukan sebuah kesalahan yang terlambat Ia sadari . Sesuatu yang ternyata masih tersimpan di dalam lubuk  hatinya yang gelap dan terselubung oleh dendam , Semua Itu tentang kenyataan bahwa diam – diam Robby masih mencintai Anna . Cinta yang begitu dalam sedalam luka yang Anna torehkan dihatinya . Bahkan ketika Ia menemukan Silla , gadis yang mampu menerima dan mengisi segala kekosongan yang Anna perbuat terhadap Robby , Hatinya justru masih berada dalam lingkarang kenangan bersama Anna , dan perlahan-lahan Robby mulai mencintai Silla seperti Ia mencintai Anna . Tapi Robby tak pernah tahu bahwa Silla tak pernah menginginkan Robby menerimanya sebagai pengganti Anna , Silla ingin Robby mencintainya tanpa bayang bayang Anna, Karena Silla adalah Silla , Bukan Anna.
***
          Bis semakin penuh sesak , Silla berusaha untuk  menyelamatkan gaun pengantinnya dari pijakan pijakan sepatu para penumpang yang  berdesakan. Di tangannya tergenggam sebuah handphone yang biasanya akan berdering setiap saat, menit demi menit Robby tak pernah memberinya jeda sedetikpun tanpa kabar , Bahkan hanya untuk membuka sebuah pintu Robby akan senantiasa menelpon untuk memberitahukannya, tapi hari ini ketika Silla pergi meniniggalkan seluruh acara handphone itu sama sekali tak bergeming , Robby tak mencarinya , Tak menanyakan kemanakah Silla pergi dan mengapa Ia melakukan itu . Silla sadar Robby tak akan mempertahankannya seperti Ia mempertahankan Anna kala itu.
          “ Anda baik baik saja ? “ Pria tua yang duduk disebelahnya memberanikan diri untuk bertanya, sebuah pertanyaan sederhana yang jawabannya telah dinanti oleh semua orang didalam bis.
          “ Ya, tentu ! “ Silla berucap pasti.
          “ Tapi anda..” Pria tua itu kembali menunjukkan kecemasannya , Namun Silla menepis perhatian itu dengan sopan.
          “ Aku baik – baik saja “ Silla mengulang keyakinannya. Silla benar benar berada dalam kondisi cukup waras untuk menanggapi setiap pertanyaan dari orang – orang disekitarnya , Tapi Silla merasa bahwa orang lain tak pernah mempunyai hak untuk ikut campur lebih dalam terhadap masalahnya ketika hal itu tidak Ia izinkan, Dan hal yang semakin membuatnya merasa lebih baik adalah ketika Pria tua itu mengerti , mengerti untuk berhenti perduli .
          Silla menghela nagas , Ia menyadari bahwa berhenti untuk perduli adalah sebuah tindakan yang seharusnya Ia lakukan saat itu, Ketika ia berada dalam posisi Pria tua disebelahnya dan melihat penuh tanya pada Pria dengan Pakaian pengantin disampingnya , Robby . dan saat ini Ia begitu menyesali keingin tahuannya saat itu.
          “ Apakah Pelaminan hanyalah permainan ? “ Keluh hatinya , Silla semakin bingung, hatinya bertambah tak yakin apakah ia harus kembali atau meneruskan langkahnya dan pergi , seperti  yang Anna lakukan .
          “ Tidak ! “ Silla mengeleng – gelengkan kepalanya , meskipun untuk sesaat Ia ingin Robby mengerti bahwa selama ini Ia terkekang dan terkurung dalam segala mimpi yang Robby berikan, mimpi yang pernah Robby miliki bersama Anna , sebuah Impian sederhana tentang memiliki rumah tangga kecil yang bahagia, Robby selalu berharap dapat mewujudkan mimpi itu, mimpinya , mimpi Anna juga.
          Silla Meremas gaun pengantinnya, betapa tersayat hatinya setiap kali Ia mengingat perlakuan Robby terhadapnya , Meskipun ia memberikan kebebasan kepada Robby untuk dapat mencintainya dengan segala cara yang Robby bisa namun bukan berarti dengan melampiaskan semua hal yang seharusnya Robby lakukan bersama Anna kepada Silla . Ia bukan boneka yang di peluk, dimanja dan diperlakukan sebagai ratu namun dijadikan orang lain. Silla yakin bahwa ia adalah wanita yang jauh lebih baik daripada Anna , Wanita yang tega meninggalkan Robby untuk menemukan kebahagiaan lain bersama sosok yang lain. Silla mengenal sosok Anna meskipun tanpa sebuah pertemuan , cerita panjang yang selalu Robby tuturkan padanya tentang Anna bagaikan sebuah dongeng sebelum tidur yang membuai , mengalun dan mencekam  untuk Silla . Dan bagaimanapun Robby mengatakan bahwa Ia mencintai Silla, Silla akan selalu menyadari bahwa itu hanyalah usaha Robby agar Ia dapat melupakan Anna . Tapi kini , Silla telah menjadi Anna, setidaknya begitulah cara Robby memperlakukannya , hari – hari bersama Silla hanyalah sebuah kenangan bersama Anna yang Robby hidupkan kembali . Silla jelas bukan Anna , tapi bagi Robby , Anna adalah Silla.
***
          Para undangan mulai berdatangan , hampir mencapai sembilan puluh persen dari seluruh jumlah tamu spesial yang diundang . Menunggu berlangsungnya acara para tamu saling berbincang – bincang , mereka membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan , tentang hidup  merekia , tentang harta warisan , tentang tetangga yang merepotkan atau sesekali menyinggung tentang pengantin pria yang akhirnya dapat melangsungkan pernikahan setelah mengalami kegagalan bebeapa bulan yang lalu.
          “ Tak kusangka Robby dapat menemukan pengganti Anna dengan cepat ! “ celetuk seorang Pria.
          “Aku pikir ini hanya berselang setengah tahun sejak kepergian Anna “ Bisik mereka, sesekali terlihat wajah prihatin dari sorot mata sang tamu , namun tawa ledekan jauh lebih banyak terbesit dari bibir – bibir busuk mereka.
          “ Tapi dimana kedua mempelai sekarang ? “ tidak ada yang dapat memberikan jawaban , semuanya membisu dengan pikiran pikiran mereka. Sementara itu diruang rias pengantin sang Ibunda terduduk lemas disofa , Adik Robby sesekali mengibas – ngibaskan tangannya untuk mendinginkan emosi Ibunya yang memanas.
          “ Sudahlah , Batalkan saja ! “ Sang adik menghapus make up diwajahnya , Robby hanya diam tanpa tanggapan apapun.
          “ Aku sudah menduga Silla akan melakukan ini , aku bisa melihat itu dari sorot matanya , Ia membencimu Kak, Membencimu karena telah menjadikannya pelarian dari Anna , dan lihatlah sekarang , Silla benar – benar lari , ya.. Lari dari cengkramanmu ! “ Teriak sang adik , Ia tak peduli lagi pada para tamu yang menunggu ketidakpastian diluar sana .
          Ibunda Semakin tak kuasa mengangkat kepalanya, Ia benar benar terkejut , keterkejutan yang sama seperti saat Robby memperkenalkan Silla kepadanya beberapa bulan yang lalu. Waktu yang begitu singkat bagi Robby untuk bangkit hidup kembali setelah kematian yang panjang didalam hatinya.
          “ Aku mengasihanimu kak Robby , tapi aku jauh lebih menderita melihat Silla , Aku juga wanita kak ! “ Sang Adik menggemakan seisi ruangan yang hanya dihuni oleh mereka bertiga. Tora telah meninggalkan mereka , tidak jauh, Ia hanya berada diluar ruangan di balik pintu , diam dan mendengarkan keputusan apa yang akan Robby ambil kali ini.
          “ Aku tak akan menahannya untuk pergi jika itu keinginannya, karena Silla lebih tahu seberapa besar aku mencintainya “ Robby membuka suara , kata – katanya terdengar lirih , sesaat bibirnya tertutup rapat walaupun sebenarnya banyak hal yang ingin Ia sampaikan tentang hal – hal yang salah dimengerti oleh Keluarganya , Oleh Tora sahabatnya dan Oleh Silla. Bahwa Tak sedikitpun Robby ingin merubah Silla menjadi Anna , Baginya Anna adalah masa lalu yang pernah Berada dihatinya,  rasa cintanya ke Anna hanyalah seberkas kepingan yang terkunci di dalam sudut yang paling gelap dan sekarang tak dapat Ia temukan kembali. Namun bibirnya terkunci , Ia menyadari kebodohannnya sebagai Seorang Pria , Rasa takut akan kegagalan dan kehilangan yang pernah Ia alami membutakan hati dan Pikirannya, Ia memperlakukan Silla sebagai mana dulu Anna Ingin diperlakukan Olehnya, Ia melakukan itu semata - mata karena Ia benar – benar tidak Ingin Kehilangan Silla sebagaimana Ia pernah Kehilangan Anna. Tapi kini semuanya sudah terlambat , Robby melepaskan dasi kupu – kupu yang menempel manis di lehernya.
          “ Batalkan ! “ tegasnya , Robby melangkah keluar ruangan sementara sang Adik tengah sibuk menyadarkan sang Ibunda yang jatuh pingsan. Tora menangis, tangisan seorang Pria yang tertahan didada lebih menyakitkan daripada linangan air mata yang tumpah . Bahkan tanpa air mata yang menetes disudut mata Robby , Tora tahu, Robby telah hancur .

***
          Seorang Pria duduk di halter bis sembari menunggu pemberhentian Bis selanjutnya, sama seperti dulu , seperti enam bulan yang lalu . Dengan putus asa Robby berharap dapat menenangkan dirinya dalam sebuah bis yang melaju . Robby menyukai itu , sebuah kebiasaan menyendiri di tengah keramaian dan hal itu jugalah yang mempertemukannya dengan Silla.
          Robby melirik jam ditangan kirinya, hanya beberapa saat lagi seharusnya ia akan melangsungkan sebuah pernikahan. Kedua tangannya Ia letakkan dalam satu genggaman didepan dadanya , Robby sedang  berdoa mengharapkan sebuah Mukjizat dari tuhan . Dan bersamaan itu sebuah bis umum berhenti, seorang gadis dengan gaun pengantin melangkah pasti turun dari bis, Silla menatap dalam Robby yang tepat berada di hadapannya. Tanpa kata kata , hanya sebuah senyum yang bisa Silla perlihatkan , senyum yang tak pernah dapat Robby maknai , Dan ketika sepasang pengantin hanya mampu saling pandang memandang dengan cepat bis berlalu meninggalkan keduannya tanpa menunggu akhir apapun untuk kisah mereka.
          Silla mengulurkan tangannya Pada Robby ,
          “ Mari kita kembali, Robby ! “ Ajaknya , Silla tersenyum , sebuah senyum yang membuat nafas Robby tercekat.
          “ Apa semua Ini Silla ? “ Robby mendekatkan wajahnya ke wajah Silla, “ Kau mempermainkanku ? “ Ia menyipitkan sebelah matanya, berusaha percaya pada apa yang baru saja Ia lihat dan Ia dengar . Silla menggeleng.
          “ Aku , akan menunggu sampai kau melupakan Anna ! “ Silla menarik nafas dalam, lalu melanjutkan kembali kata – katanya. “ dan sampai saat itu tiba izinkan aku berada disampingmu sebagai Silla yang kau cintai , Bukan Anna ! “ Tegasnya .
          “ BODOH ! “ Robby menghentakkan kakinya ketanah dengan jengkel, “ Aku hampir membencimu karena ku pikir kau meninggalkanku !“  , Sella tertawa Renyah, lalu  kembali melontarkan sorot mata ketegarannya.
          “ Wanita Itu , siapapun dia , aku ingin melihat seperti apa Rasanya menjadi Anna, yang pergi dengan begitu konyol meninggalkan Pria yang sangat mencintainya “
          “ Lalu ? “ Robby  meraih tangan Silla.
          “ Dan ternyata itu menyakitkan “ Silla melanjutkan kalimatnya, “ Jadi meskipun kau memaksa, meskipun aku begitu benci karena kau menjadikan ku sebagai Anna , sampai kapanpun aku tak akan pernah menjadi Anna yang bodoh , karena aku adalah Silla dan Aku mencintaimu , dan karena itulah aku kembali “ , Silla menyelesaikan kalimatnya dengan begitu tenang, Robby dengan cepat merangkul Silla dalam pelukannya.
          “ Aku mencintaimu Silla ! “ Bisiknya.
Meski diatas mereka langit tidak secerah yang diharapkan , Namun merpati-merpati terbang ke udara, Mengepakkan sayap indahnya yang selama ini terkurung dalam penjara tak bertepi, melepaskan semua belenggu akan kenangan masa lalu yang menyesatkan.  Silla sudah cukup dewasa untuk dapat menyadari , bahwa tak setiap orang dapat melupakan cinta pertama dengan begitu mudah, seperti sebuah kertas putih yang diatasnya tertuliskan sajak sajak dengan tinta hitam, Ia takkan terhapus dengan begitu mudah sebab selalu ada bekas yang tertinggal.  Namun setiap hati berhak meraih sebuah kebebasan untuk menentukan cinta, sama seperti beribu merpati yang berterbangan, melayang di udara jauh tinggi dan tak tersentuh menuju langit biru di balik awan kelabu, Robby akhirnya mengerti Sejauh apapun sang merpati pergi , tak perduli seberapa indah dunia diluar sangkar, Merpati terbaik akan selalu kembali kepada pemiliknya. Kini takdir telah bicara......

                                                 Untuk Pria keras kepala yang aku kagumi :
                                            “ tetap tegar , selalu jadi diri sendiri dan jangan menangis “
                                                       Aku sayang kamu , aku tak akan kemana – mana  
             




Tidak ada komentar:

Posting Komentar