Selasa, 20 Januari 2015

Segelas Susu Cokelat



Malam tinggal sepenggal , bulan hampir menjemput Fajar , makan malam yang telah kupersiapkan senikmat mungkin beberapa menit lagi akan menjadi sarapan pagi yang memuakkan . Mataku masih terbuka , denting jam menjadi pusat utama yang mencuri perhatianku. Sudah pukul dua pagi , namun Ello belum kembali juga . Aku  mulai lelah menunggunya , setiap hari , setiap malam menjelang pagi . Ya, hanya untuk membukakan pintu ketika Ia kembali dengan wajah lelah , dengan tatapan letih dan dengan segenap cinta yang masih tersisa di antara kami.
Dan ketika bel berbunyi, maka waktu yang kunanti telah tiba , Aku beranjak membukakan pintu untuknya , suamiku .
“ Jika kau terus menungguku sampai pagi , kapan waktumu untuk tidur ? “ Ello mencium keningku , hal yang selalu Ia lakukan untuk mempererat kembali kehangatan kami yang perlahan  mulai menghilang , terkikis oleh kesibukannya diluarsana, Kesibukan dan urusan – urusan yang tak pernah mau Ello bagi denganku . Ku akui aku mulai membenci segenap pekerjaan yang setiap saat menyita waktunya sehingga tak sedikitpun yang tertinggal untukku .
“ Aku menyiapkan makan malam kesukaanmu “ Ucapku , Ello melirik pada jam ditangannya.mungkin Terlalu pagi untuk mengiyakan penawaranku pada sebuah makan malam .
“ Aku sudah kenyang ! “ Ello berjalan menuju kamar , melemparkan tas kerjanya di tempat tidur lalu membuka satu persatu kancing baju kemeja yang Ia kenakan dan  bergegas menuju kamar mandi .
“ Kau akan pergi lagi ?
“ Ya “
“ Bahkan ketika kau baru saja kembali ?” Aku  memastikan.
“ Ada beberapa pekerjaan yang belum kuselesaikan “ Ello menghampiriku yang  berdiri diambang pintu , Ia mencium Pipiku lembut. “ Pergilah tidur !“ Bisiknya .
“ Kau juga “ Banthinku . Aku menghela nafas sambil menyingkirkan tubuhku yang menghalangi langkahnya , kemudian berjalan menuju dapur untuk membuatkannya segelas susu cokelat kesukaannya . Ya, Dia suka sekali .
Aku Ingat segala hal tentang Ello yang selalu menjadi kebiasannya, Apalagi setelah tiga tahun usia pernikahan kami . Tak kupungkiri  bahwa Ello adalah pria yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Itu terbukti dari semua hal yang kami  miliki sekarang . Aku tak pernah kekurangan apapun dalam hal materi sebab Ello mampu memberikan segala kebutuhan yang aku minta , tidak hanya rumah mewah , mobil ataupun perhiasan yang gemerlapan , Bahkan dulu seringkali Aku dan Ello menghabiskan waktu berbulan – bulan hanya utnuk berlibur keluar negeri , namun sekarang kesibukan selalu menjadi alasan baginya untuk menghapuskan kebersamaan kami dalam daftar kebiasaannya . Dan sejauh ini aku selalu mencoba mengerti itu , meskipun sulit .
            Kehidupan kami terbilang cukup sempurna , atau mungkin hampir mendekati sempurna jika ada tawa kecil dari seorang bayi dirumah ini. Di usia pernikahan kami yang memasuki tahun keempat , Aku dan Ello tak jua dikaruniai seorang malaikat kecil . Tidak ada yang salah diantara aku dan Ello . Mungkin tuhan saja yang masih ingin membuatku menunggu untuk kebahagiaan itu . Aku yakin aku siap untuk menunggu kapanpun Tuhan akan menebarkan kebahagiaan yang kami nanti nantikan, tapi aku tak tahu bahwa Ello tak sepaham denganku , dan dia selalu punya cara untuk mewujudkan kebahagiaanya sendiri.
Beberapa bulan yang lalu aku mengetahui bahwa Ello telah menikah dengan seorang wanita yang sempat Ia perkenalkan sebagai Sekretaris di tempatnya bekerja. Namanya Reya , sejauh ini  aku mengenalnya dengan cukup  baik , dan Aku akui bahwa Reya adalah wanita yang baik . Bukan kesalahannya jika takdir membuatnya hidup bersama orang yang telah lebih dulu ditakdirkan untuk orang lain , aku tak menyalahkannya atas pernikahan itu ,ataupun atas kehadirannya yang perlahan dan lambat laun meruntuhkan kebahagiaan dalam keluarga kecil yang sedang aku bina , Aku tak menyalahkannya atas semua rasa sakit itu , tidak juga terhadap Ello.
Mungkin karena itu jugalah hubungan ku dengan Reya selalu berjalan baik – baik saja , tidak pernah ada pertengkaran diantara kami , bahkan kecemburuan yang seharusnya telah meluap dari lubuk hatiku  telah mampu aku bendung dari awal pernikahan yg dirahasiakan Ello dariku itu terbongkar . Bahkan ketabahan dan ketegaran yang sedang aku coba tunjukkan sebagai seorang istri yang setia membuat Reya mengganggapku sebagai wanita yang luar biasa, Terutama karena telah bersedia berbagi cinta suamiku dengannya. Entahlah , apakah memang seperti itu , atau hanya sebuah tanggapan sederhana darinya saja. Karena yang aku tahu , sejauh ini aku sendang menunggu waktu untuk menunjukkan betapa aku sebenarnya begitu tak mampu.    
Bulan – bulan yang berlalu , aku mulai memahami seperti Apa Reya , ia selalu punya pendapat pribadi tentang semua orang yang Ia kenal , termasuk Ello . Menurutnya Ello adalah pria yang penuh kasih sayang dan teramat bijaksana . Setiap hari ditengah kesibukan apapun Ello tak pernah absen untuk menemuinya , mencicipi makanan yang ia masak , atau sekedar beristirahat sejenak di apartement mewah yang Ello berikan untuknya sebagai hadiah pernikahan Mereka. Bahkan seminggu yang lalu Reya mengatakan kalau ia baru saja kembali dari liburan menyenangkannya di bali bersama Ello. Ya , lagi lagi sebuah liburan yang dirahasiakan dariku.
Sampai saat ini disetiap pertemuan kami , Reya selalu punya banyak hal untuk ia ceritakan tentang waktu – waktu yang ia habiskan bersama suamiku . Sementara aku , hanya bisa membanggakan susu cokelat buatanku yang tak pernah lupa aku siapkan sebelum Ello memulai pekerjaanya , segelas susu cokelat yang akan selalu ia habiskan tanpa sisa setetespun.
Dan ketika suamiku masih bersiap diri untuk pergi kembali , Aku meletakkan susu cokelat yang masih hangat itu di meja makan . Ku pikir aku tak perlu mengingatkannya untuk menghabiskan susu cokelat kesukaannya itu , sebab Ia akan selalu melakukannya dengan senang hati seperti yang aku harapkan. Karena kini aku ingin tidur , memejamkan mataku untuk sejenak , melupakan segala kepenatan yang menjejali otakku, Menyingkirkan segala sesak yang mulai menjelumat didada , tentang kesetiaan yang lambat laun terasa begitu menyakitkan disini , dihatiku .
Dan pagi ini , ketika aku terbangun dari tidur tanpa mimpiku , Aku mendapati Ello terbaring dilantai bersama dengan kepingan kepingan kaca dari segelas susu cokelat yang berserakan di samping tubuhnya yang mulai membiru . Ya,  selamat malam sayang , selamat tidur..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar