Malam
tinggal sepenggal , bulan hampir menjemput Fajar , makan malam yang telah
kupersiapkan senikmat mungkin beberapa menit lagi akan menjadi sarapan pagi
yang memuakkan . Mataku masih terbuka , denting jam menjadi pusat utama yang
mencuri perhatianku. Sudah pukul dua pagi , namun Ello belum kembali juga .
Aku mulai lelah menunggunya , setiap
hari , setiap malam menjelang pagi . Ya, hanya untuk membukakan pintu ketika Ia
kembali dengan wajah lelah , dengan tatapan letih dan dengan segenap cinta yang
masih tersisa di antara kami.
Dan
ketika bel berbunyi, maka waktu yang kunanti telah tiba , Aku beranjak
membukakan pintu untuknya , suamiku .
“
Jika kau terus menungguku sampai pagi , kapan waktumu untuk tidur ? “ Ello
mencium keningku , hal yang selalu Ia lakukan untuk mempererat kembali kehangatan
kami yang perlahan mulai menghilang ,
terkikis oleh kesibukannya diluarsana, Kesibukan dan urusan – urusan yang tak
pernah mau Ello bagi denganku . Ku akui aku mulai membenci segenap pekerjaan
yang setiap saat menyita waktunya sehingga tak sedikitpun yang tertinggal
untukku .
“
Aku menyiapkan makan malam kesukaanmu “ Ucapku , Ello melirik pada jam
ditangannya.mungkin Terlalu pagi untuk mengiyakan penawaranku pada sebuah makan
malam .
“
Aku sudah kenyang ! “ Ello berjalan menuju kamar , melemparkan tas kerjanya di
tempat tidur lalu membuka satu persatu kancing baju kemeja yang Ia kenakan
dan bergegas menuju kamar mandi .
“
Kau akan pergi lagi ?
“
Ya “
“
Bahkan ketika kau baru saja kembali ?” Aku
memastikan.
“
Ada beberapa pekerjaan yang belum kuselesaikan “ Ello menghampiriku yang berdiri diambang pintu , Ia mencium Pipiku
lembut. “ Pergilah tidur !“ Bisiknya .
“
Kau juga “ Banthinku . Aku menghela nafas sambil menyingkirkan tubuhku yang
menghalangi langkahnya , kemudian berjalan menuju dapur untuk membuatkannya
segelas susu cokelat kesukaannya . Ya, Dia suka sekali .
Aku
Ingat segala hal tentang Ello yang selalu menjadi kebiasannya, Apalagi setelah
tiga tahun usia pernikahan kami . Tak kupungkiri bahwa Ello adalah pria yang bertanggung jawab
dan pekerja keras. Itu terbukti dari semua hal yang kami miliki sekarang . Aku tak pernah kekurangan
apapun dalam hal materi sebab Ello mampu memberikan segala kebutuhan yang aku
minta , tidak hanya rumah mewah , mobil ataupun perhiasan yang gemerlapan , Bahkan
dulu seringkali Aku dan Ello menghabiskan waktu berbulan – bulan hanya utnuk
berlibur keluar negeri , namun sekarang kesibukan selalu menjadi alasan baginya
untuk menghapuskan kebersamaan kami dalam daftar kebiasaannya . Dan sejauh ini
aku selalu mencoba mengerti itu , meskipun sulit .
Kehidupan kami terbilang cukup
sempurna , atau mungkin hampir mendekati sempurna jika ada tawa kecil dari
seorang bayi dirumah ini. Di usia pernikahan kami yang memasuki tahun keempat ,
Aku dan Ello tak jua dikaruniai seorang malaikat kecil . Tidak ada yang salah
diantara aku dan Ello . Mungkin tuhan saja yang masih ingin membuatku menunggu
untuk kebahagiaan itu . Aku yakin aku siap untuk menunggu kapanpun Tuhan akan
menebarkan kebahagiaan yang kami nanti nantikan, tapi aku tak tahu bahwa Ello
tak sepaham denganku , dan dia selalu punya cara untuk mewujudkan kebahagiaanya
sendiri.
Beberapa
bulan yang lalu aku mengetahui bahwa Ello telah menikah dengan seorang wanita
yang sempat Ia perkenalkan sebagai Sekretaris di tempatnya bekerja. Namanya
Reya , sejauh ini aku mengenalnya dengan
cukup baik , dan Aku akui bahwa Reya
adalah wanita yang baik . Bukan kesalahannya jika takdir membuatnya hidup
bersama orang yang telah lebih dulu ditakdirkan untuk orang lain , aku tak menyalahkannya
atas pernikahan itu ,ataupun atas kehadirannya yang perlahan dan lambat laun
meruntuhkan kebahagiaan dalam keluarga kecil yang sedang aku bina , Aku tak
menyalahkannya atas semua rasa sakit itu , tidak juga terhadap Ello.
Mungkin
karena itu jugalah hubungan ku dengan Reya selalu berjalan baik – baik saja ,
tidak pernah ada pertengkaran diantara kami , bahkan kecemburuan yang
seharusnya telah meluap dari lubuk hatiku
telah mampu aku bendung dari awal pernikahan yg dirahasiakan Ello dariku
itu terbongkar . Bahkan ketabahan dan ketegaran yang sedang aku coba tunjukkan
sebagai seorang istri yang setia membuat Reya mengganggapku sebagai wanita yang
luar biasa, Terutama karena telah bersedia berbagi cinta suamiku dengannya. Entahlah
, apakah memang seperti itu , atau hanya sebuah tanggapan sederhana darinya
saja. Karena yang aku tahu , sejauh ini aku sendang menunggu waktu untuk
menunjukkan betapa aku sebenarnya begitu tak mampu.
Bulan
– bulan yang berlalu , aku mulai memahami seperti Apa Reya , ia selalu punya
pendapat pribadi tentang semua orang yang Ia kenal , termasuk Ello . Menurutnya
Ello adalah pria yang penuh kasih sayang dan teramat bijaksana . Setiap hari
ditengah kesibukan apapun Ello tak pernah absen untuk menemuinya , mencicipi
makanan yang ia masak , atau sekedar beristirahat sejenak di apartement mewah
yang Ello berikan untuknya sebagai hadiah pernikahan Mereka. Bahkan seminggu
yang lalu Reya mengatakan kalau ia baru saja kembali dari liburan
menyenangkannya di bali bersama Ello. Ya , lagi lagi sebuah liburan yang
dirahasiakan dariku.
Sampai
saat ini disetiap pertemuan kami , Reya selalu punya banyak hal untuk ia
ceritakan tentang waktu – waktu yang ia habiskan bersama suamiku . Sementara
aku , hanya bisa membanggakan susu cokelat buatanku yang tak pernah lupa aku
siapkan sebelum Ello memulai pekerjaanya , segelas susu cokelat yang akan
selalu ia habiskan tanpa sisa setetespun.
Dan
ketika suamiku masih bersiap diri untuk pergi kembali , Aku meletakkan susu cokelat
yang masih hangat itu di meja makan . Ku pikir aku tak perlu mengingatkannya
untuk menghabiskan susu cokelat kesukaannya itu , sebab Ia akan selalu
melakukannya dengan senang hati seperti yang aku harapkan. Karena kini aku
ingin tidur , memejamkan mataku untuk sejenak , melupakan segala kepenatan yang
menjejali otakku, Menyingkirkan segala sesak yang mulai menjelumat didada ,
tentang kesetiaan yang lambat laun terasa begitu menyakitkan disini , dihatiku
.
Dan
pagi ini , ketika aku terbangun dari tidur tanpa mimpiku , Aku mendapati Ello
terbaring dilantai bersama dengan kepingan kepingan kaca dari segelas susu
cokelat yang berserakan di samping tubuhnya yang mulai membiru . Ya, selamat
malam sayang , selamat tidur.. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar