Sabtu, 21 September 2013

Memilih Setia

Maafkan diriku  memilih setia, walaupun cintamu lebih besar darinya , ,

Dua bulan sudah aku mengenalnya, waktu yang singkat untuk bisa menghafal segala hal tentang dirinya di luar kepala ku , senyumnya , gaya bicaranya , bahkan renyah tawanya masih bisa aku putar kembali di otakku . senyum wanita ini memang membuat aku tak bisa sedikitpun menepisnya dari hatiku ,Wanita anggun yang kutemui di tapal batas kota metropolitan ini ,  saat dia bicara , tutur kata yang manis dan lembut selalu mengalir bagaikan rinai hujan yang meluluh lantakkan segala sifat keegoisanku sebagai pria, aku menyukainya . segalanya tentang dirinya .
Tetapi dia wanita , wanita selalu punya cara untuk membuat dirinya tampak bagaikan emas permata yang tersembunyi di lautan paling dalam . seminggu yang lalu , dengan ringannya dia mengatakan lebih nyaman bersamaku jauh di banding dengan kekasihnya yang menurutku keras kepala dan Progresif itu .
Tapi bukankah sudah ku katakan dia itu wanita ?, jika tidak memberikan rasa sakit dan luka di hati seorang yang mencintainya , wanita tidak akan merasa bahagia dalam hidup nya , tapi aku terlambat mengetahui itu , Tuhan membiarkan aku jatuh cinta dan terluka untuknya . berkali kali . dan puncaknya adalah ketika mentari tak menyapa di Senja kemarin ;
“ aku jatuh cinta “  
“ Oh, ya , kapan ? “ wanita itu menggelayut manja di lenganku , matanya yang bulat berbinar binar menatap mata milikku
“ saat ini , disini , sama kamu “
 Dia tidak menjawab , sinar matanya perlahan lahan meredup , jelas ku mengerti “ itu artinya tidak“ atau “ maaf cintamu salah tempat “, tapi sebagai pria bukan itu jawaban yang aku mau , tidak sama sekali ,
“ Aku sudah punya kekasih , Kau tahu ! “  dia berucap datar , bukan bertanya tapi lebih kepada mempertegas kata yang pernah ia ucapkan dahulu , di awal perkenalan kami.  
“ tapi , kau bilang dia kasar dan keras kepala ? “
“ Bukan berarti aku tidak mencintainya kan  ? “ wanita itu mulai menjaga jarak dariku , semester, dua meter , sampai akhirnya dia membuat hati ku harus berlari untuk sampai di tempat hati nya berdiri .
“ jadi bagaimana ? “ aku mecari kejelasan di celah celah wajah nya yang tak lagi memberikan harapan .
“ kau yang terbaik , selalu seperti itu ! “
“ tidak !, bukan yang terbaik jika kamu memilih orang lain, apa maksudmu dengan lebih nyaman bersamaku ? apa itu hanya omong kosong  ? Tidakkah kau merasa memberiku terlalu banyak harapan untuk bersamamu   yang sekarang ingin aku pertanyakan ? “ aku hampir menangis , tapi melihat ekspresi wajahnya yang jauh lebih tak berdaya . aku menahan tangisku namun tak bisa ku pastikan akan sampai kapan .
“    kalau saja aku mengenalmu , sepuluh menit lebih awal sebelum aku mengenalnya  “ hanya itu yang terucap dari pertanyaan panjangku terhadapnya .
Aku tak lagi bisa berkata , kini dia melambaikan tangannya kearahku sambil melemparkan senyuman manisnya . tapi bukan untukku . bukan milikku , sosok pria lain juga melakukan hal yang sama di belakangku , pria yang tidak ingin  aku katakan  sebagai kekasihnya . karena seharusnya itu adalah aku .
Namun yang selalu terjadi , wanita ini akan berlalu melewatiku  menuju pria  yang menunggunya di seberang jalan sana , sementara aku yang terlanjur percaya pada harapan palsunya terdiam tanpa kata dan kehabisan logika ,  inikah cara tuhan dalam menghadirkan cinta ?, jika dia memberikan setiap manusia satu hati untuk mencintai, kenapa harus ada dua cinta dalam satu hati yang tak mungkin bisa di bagi . untuk pria di seberang jalan itu , dan untuk diriku.  Si bodoh  yang terlanjur  mencintainya .
“ jadi kau memilihnya ? “
“ aku hanya memilih setia “
“ kita berakhir disini ? “
Dia mengangguk pelan , tak menjawab . mungkin takut membuat aku terluka terlalu dalam, sedalam aku mecintainya .
aku yang datang di waktu yang tidak tepat , karena cintamu telah dimiliki . .   
   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar